Pengungsi Gempa Majene

Setahun di Pengungsian, Warga Aholeang & Rui Majene Tinggal di Hunian Berbeda

Penulis: Masdin
Editor: Munawwarah Ahmad
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

2 jenis hunian pengungsi gempa di Aholeang dan Rui Majene

TRIBUN-SULBAR.COM, MAJENE - Warga Dusun Aholeang dan Rui Desa Mekkatta Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene, Sulbar sudah satu tahun di tempat pengungsian.

Lokasi pengungsian mereka berada di Dusun Alle-Alle, Desa Mekkata tersebut memprihatinkan.

Pasalnya sekitar 117 Kepala Keluarga (KK) masih tinggal di hunian sementara (huntara).

Dari pantauan Tribun-Sulbar.com, Senin (17/1/2022) pagi, huntara yang ditempati pengungsi terdiri dari dua jenis.

Pertama, huntara dengan ukuran 6x4 meter, berjejer rapih dengan atap seng dan berdinding kalsibor.

Bangunan jenis ini terbagi lagi ke dua model yakni semi panggung dimana terdapat celah antara lantai kayu dan tanah. Sedang model satu lainnya langsung tanah namun berlantaikan cor semen.

Kedua, huntara yang terdiri dari kerangka kayu atau bambu, beratap dan berdindigkan terpal.

Berbeda dengan huntara pertama, huntara ini kebanyakan masih berlantai tanah atau ditutupi juga dengan terpal.

Huntara jenis ini juga memiliki ukuran yang cukup pariatif serta dibangun tidak beraturan.

Sebelumnya Kepala Dusun Rui, Suardi mengatakan adanya perbedaan hunian warga di pengungsian karena sumber bantuan yang berbeda.

Suardi menuturkan huntara dengan atap seng dan dinding kalsibor adalah hunian yang dibangunkan relawan.

"Bantuan relawan dari Gusdurian dan Izi," ujarnya.

Sedang hunian dari terpal dibangun oleh warga pengungsi sendiri, adapun terpal berasal dari donasi yang masuk ke pengungsian.

Mengingat keterbatasan unit huntara jenis pertama, sebagian pengungsi inisiatif membuat hunian sendiri dari terpal.

"Kalo disini ada 22, Gusdurian 10, Izi 12," rinci Suardi.

Lebih lanjut terkait keluhan warganya selama di pengungsin, huntara jenis terpal yang paling dikeluhkan.

Salah satu warga Rui yang tinggal di huntara terpal, Harno mengatakan tendanya sudah beberapa kali bocor akibat lapuk.

"Diatas ini (atap) mungkin sudah ada 3 lapis," ujarnya.

Adapun keluhan yang dirasakan selama satu tahun di huntara terpal mulai dari panas ketika cuaca terik hingga isi tenda basah ketika hujan deras.

Laporan Wartawan Tribun-Sulbar.com Masdin