Jurnalis Tribun Sorong Safwan Ashari Raharudun Raih Udin Award 2025

Ketua Umum AJI, Nany Afrida, menyebut Safwan sebagai cerminan jurnalis yang bekerja dalam sunyi namun tak pernah gentar. 

Editor: Abd Rahman
Istimewa
KISAH INSPIRATIF - Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia menganugerahkan Udin Award 2025 kepada dua jurnalis yang menunjukkan ketangguhan dan keberanian luar biasa dalam menghadapi intimidasi saat menjalankan tugas jurnalistik. Mereka adalah Safwan Ashari Raharudun, wartawan Tribun Network di Sorong, Papua Barat Daya, dan Fransisca Christy Rosana, wartawan Majalah Tempo. 

Dalam liputannya, Afwan mengungkap bagaimana proyek industri mengancam wilayah adat dan merusak tatanan hidup masyarakat lokal.

Tulisannya menjadi jendela bagi publik untuk memahami bahwa pembangunan tidak selalu sejalan dengan kemanusiaan.

Perjuangan itu tidak mudah. Ia pernah dibungkam, diintimidasi, bahkan merasa hidupnya terancam.

Namun, ketakutan tidak menyurutkan langkahnya. Ia tetap turun ke lapangan. Ia tetap menulis.

“Saya menulis karena suara rakyat harus sampai ke atas,” ucapnya suatu hari.

Kalimat itu kini menjadi prinsip hidupnya.

Komitmen dan keberaniannya akhirnya mendapat pengakuan nasional hingga dianugerahi Udin Award 2025 oleh AJI Indonesia, sebuah penghargaan prestisius yang diberikan kepada jurnalis yang konsisten memperjuangkan kemerdekaan pers dan keberpihakan pada nilai-nilai kemanusiaan. 

Penghargaan ini tidak datang dari ruang redaksi besar, tapi dari rekam jejak panjang seorang anak muda yang menulis dari pinggir negeri.

Udin Award bukan sekadar trofi bagi Afwan. Penghargaan itu menjadi pengingat bahwa suara kecil dari Papua bisa mengguncang nurani bangsa.

Ia menjadi simbol harapan bagi para jurnalis muda di daerah tertinggal bahwa keberanian dan integritas tetap punya tempat di tengah dunia yang penuh sensasi.

Afwan Ashari bukan tokoh besar, bukan nama yang trending. Tapi justru karena itulah kisahnya penting. Ia membuktikan bahwa di tengah segala keterbatasan, seseorang bisa menjadi cahaya.

Ia menunjukkan bahwa perjuangan untuk kebenaran tidak selalu membutuhkan mikrofon, cukup dengan hati yang jujur dan tekad untuk terus menulis.

Kini, Afwan terus menulis, tidak untuk ketenaran, tapi untuk perubahan. Ia percaya bahwa selama masih ada ketimpangan, masih ada yang harus disuarakan. 

Dan selama masih ada suara rakyat yang diabaikan, akan selalu ada jurnalis seperti dirinya yang siap berdiri di garis depan, membawa cerita itu ke hadapan dunia. (*)

Artikel Ini Telah Tayang di Tribun-Timur.com

 

Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved