Kemiskinan Sulbar

Jurang Kemiskinan di Sulbar Semakin Dalam: Beban Hidup Masyarakat Meningkat

Sulawesi Barat kini berada di urutan ketiga provinsi dengan tingkat kemiskinan terendah di Pulau Sulawesi, setelah Sulsel dan Sulut.

Editor: Nurhadi Hasbi
fahrun
LANJUT USIA - Perempuan lanjut usia bernama Hadana (62) hidup dalam kondisi memprihatinkan di Desa Sumarrang, Kecamatan Campalagian, Polman, Sulbar, Sabtu (17/5/2025). Hadana bertahan hidup seorang diri dalam gubuk reyot mirip kandang di tengah perkebunan. Dok Fahrun. 

TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU - Persentase penduduk miskin di Sulawesi Barat per Maret 2025 tercatat 10,41 persen.

Turun 0,30 persen poin dibandingkan September 2024.

Secara jumlah, penduduk miskin berkurang sekitar 3.600 jiwa.

Menjadi total 152,31 ribu orang.

Ini merupakan angka terendah sejak pandemi Covid-19.

Baca juga: Persentase Warga Miskin di Sulbar Turun Per Maret 2025, tapi Angka Keparahan Kemiskinan Meningkat

Tapi, penurunan ini menyimpan catatan penting.

Jurang kemiskinan justru makin dalam.

Ketimpangan Meningkat

Plt Kepala BPS Sulbar, M La’bi, menjelaskan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) naik menjadi 1,71, dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) naik ke 0,41.

“Peningkatan ini menunjukkan jurang kemiskinan makin dalam, terutama di wilayah desa,” ujar La’bi dalam konferensi pers di Mamuju, Jumat (25/7/2025).

Artinya, penduduk miskin kini makin jauh dari garis kemiskinan.

Ketimpangan antar mereka semakin lebar.

Garis Kemiskinan (GK) Maret 2025 tercatat Rp475.488 per kapita per bulan.

Nilai di desa justru lebih tinggi (Rp476.004) dibanding kota (Rp473.493).

Kemiskinan Menurun di Desa, Naik di Kota

Penurunan terbesar terjadi di wilayah perdesaan, turun 3.760 jiwa.

Sebaliknya, di perkotaan, jumlah penduduk miskin justru bertambah 160 jiwa.

Meski totalnya menurun, beban hidup masyarakat miskin meningkat.

Komoditas makanan masih mendominasi penyumbang garis kemiskinan.

Baca juga: Kemiskinan Ekstrem Sulbar Meningkat 2 Kali Lipat Kini Tembus 21 Ribu Jiwa, Tertinggi Mamuju

Mencapai 78,04 persen, naik 0,49 persen poin dari periode sebelumnya.

Lima komoditas utama penyumbang GK adalah; Beras, Rokok kretek filter, Ikan tongkol/tuna/cakalang, Kue basah, dan Telur ayam ras.

Dari sisi non-makanan, pengeluaran terbesar berasal dari perumahan, bensin, pendidikan, listrik, dan perlengkapan mandi.

Faktor Penurunan Kemiskinan

BPS mencatat beberapa faktor mendorong penurunan angka kemiskinan, di antaranya:

Deflasi Februari 2025 sebesar 0,24 persen (yoy)

Inflasi Maret 2025 terkendali di 1,56 persen

Pertumbuhan ekonomi triwulan I sebesar 4,38 persen

Nilai Tukar Petani (NTP) naik 3,41 persen menjadi 143,09

Produksi padi meningkat 37,95 persen (Januari–April 2025)

Penyaluran bansos seperti PKH, BPNT, dan Sembako secara merata

“Penurunan signifikan terlihat sejak September 2024 dan terus berlanjut,” kata La’bi.

Posisi Sulbar di Pulau Sulawesi

Secara regional, penurunan angka kemiskinan juga terjadi di hampir seluruh provinsi di Sulawesi.

Gorontalo mencatat penurunan tertinggi, yaitu 0,63 persen poin.

Sulawesi Tenggara mencatat penurunan terendah, hanya 0,09 persen poin.

Sulawesi Utara justru mengalami kenaikan.

Dengan pencapaian ini, Sulawesi Barat kini berada di urutan ketiga provinsi dengan tingkat kemiskinan terendah di Pulau Sulawesi, setelah Sulsel dan Sulut.(*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved