Opini
Menatap Masa Depan melalui Rekonsiliasi dengan Alam
Islam adalah agama yang mencintai alam. Maka bila kita mengaku sebagai Muslim, sudah seharusnya kita menjadi penjaga bumi, bukan perusaknya.
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum: 41)
Ayat ini menggambarkan dengan jelas: kerusakan yang terjadi hari ini bukan karena nasib buruk, tapi karena ulah manusia sendiri. Namun Allah tidak ingin menghukum. Ia ingin kita sadar dan kembali—bukan hanya kembali ke jalan agama, tapi juga ke jalan kehidupan yang selaras dengan alam.
Nabi Muhammad SAW pun memberikan teladan luar biasa dalam hal ini. Beliau hidup sederhana, tidak berlebihan, dan selalu mengajarkan umatnya untuk tidak merusak lingkungan. Dalam hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, Rasulullah bersabda:
“Tidaklah seorang Muslim menanam sebuah tanaman, lalu tanaman itu dimakan oleh manusia, hewan, atau burung, melainkan itu menjadi sedekah baginya.”
Dalam hadis lain, Rasulullah melarang berlebihan dalam menggunakan air, bahkan saat berwudhu. Beliau juga melarang menyiksa hewan, membakar sarang semut, dan menebang pohon di tengah jalan tanpa alasan.
Islam adalah agama yang mencintai alam. Maka bila kita mengaku sebagai Muslim, sudah seharusnya kita menjadi penjaga bumi, bukan perusaknya.
Rekonsiliasi: Saatnya Berdamai dengan Alam
Rekonsiliasi artinya memulihkan hubungan yang rusak. Dalam konteks hubungan manusia dan alam, artinya kita harus mengakui kesalahan, lalu memperbaikinya.
Rekonsiliasi ini bisa dimulai dari langkah-langkah kecil yang sederhana seperti mengubah cara hidup. Hidup sederhana bukan berarti hidup miskin. Tapi hidup secukupnya, tidak berlebihan.
Belilah barang yang memang dibutuhkan, bukan karena tren. Kurangi konsumsi yang menghasilkan banyak sampah, seperti plastik sekali pakai. Bawa tas belanja sendiri, bawa botol minum sendiri, dan mulai memilah sampah di rumah.
Juga dapat dilakukan dengan merawat lingkungan sekitar. Menanam pohon, buat kebun kecil di rumah atau sekolah. Bersihkan selokan dan sungai sekitar. Daur ulang sampah organik menjadi kompos. Ajarkan anak-anak mencintai alam sejak dini. Hal-hal kecil seperti ini bisa berdampak besar jika dilakukan bersama-sama.
Menggunakan teknologi dengan bijak. Teknologi seharusnya membantu menjaga bumi, bukan merusaknya. Gunakan listrik secukupnya. Matikan alat elektronik jika tidak digunakan. Gunakan kendaraan ramah lingkungan bila memungkinkan. Dukung energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin.
Hal yang paling utama ialah mendorong kebijakan hijau. Sebagai warga negara, kita juga punya hak untuk mendorong pemerintah dan perusahaan agar membuat dan menjalankan kebijakan yang berpihak pada lingkungan. Pilih pemimpin yang peduli lingkungan, dukung petani lokal, dan jangan diam saat ada kerusakan alam di sekitar kita.
Maka dari itu, anak muda hari ini akan menjadi pemimpin esok hari. Tapi jika hari ini anak muda tidak peduli pada alam, maka esok mungkin sudah tak ada yang bisa diselamatkan. Karena itulah, generasi muda adalah harapan terakhir bumi.
Mulailah dari kampus, sekolah, komunitas, dan media sosial. Buat gerakan hijau, tanam pohon, edukasi teman, dan bangun gaya hidup baru yang lebih ramah lingkungan. Dunia digital bisa menjadi alat yang kuat untuk menyebarkan kesadaran.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/sulbar/foto/bank/originals/Muh-Yusrang-SH-Ketua-IPARI-Mamuju-Tengah.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.