Wisata Majene

Padahal Ramai dan Viral, Ini Alasan Warga dan Pemerintah TUtup Akses ke Bukit Sigitung

Lurah Baruga Dhua Suhaeni menyebut bukit sigitung bukan tempat wisata melainkan kebun milik warga.

Editor: Munawwarah Ahmad
Tangkapan layar
Parkiran motor - Sejumlah motor terparkir di Bukit Sigitung, Kelurahan Baruga Dhua, Kecamatan Banggae Timur, Kabupaten Majene, Sulbar. Lurah setempat menegaskan area ini bukan tempat wisata melainkan kebnun milik warga 

TRIBUN-SULBAR.COM MAJENE – Bukit Sigitung Kabupaten Majene Sulawesi Barat (Sulbar) yang virak akhir-akhir ini terpaksa ditutup, 

Warga dan pemerintah Kelurahan Baruga Dhua, Kecamatan Banggae Timur masih sepakat menutup akses ke lokasi bukuti sigitung hingga, Minggu (22/6/2025). 

Baca juga: Mengenal Wisata Air Terjun Tersembunyi di Uhaimayang Mamuju, Cocok Buat Healing

Baca juga: Di Mamuju dan Mau ke Pantai Dekat Kantor Gubernur? Kamu Bisa Coba ke Rangas Beach

Lurah Baruga Dhua Suhaeni menyebut bukit sigitung bukan tempat wisata melainkan kebun milik warga.

‎‎“Jalan yang digunakan untuk parkir itu bukan lahan parkir, dan Bukit Sigitung juga bukan kawasan wisata resmi. Itu jalan kebun milik warga yang sehari-hari digunakan untuk aktivitas bertani,” ujar Suhaeni, saat dikonfirmasi Tribun Sulbar.com, Minggu (15/6/2025) lalu.

‎Suhaeni mengaku telah menutup akses jalan ke wilayah tersebut karena banyaknya laporan warga soal dampak negatif dari aktivitas pengunjung.

‎Ia mengaku jika masih ada pengunjung yang masuk itu murni tidak lewat Baruga Dhua tapi jalan lain.

‎Hal yang paling dikeluhkan adalah masalah sampah dan perilaku pengunjung yang dianggap tidak sopan.

‎“Banyak petani yang mengadu karena sampah pendaki berserakan di kebun. Bahkan sisa makanan sering diseret anjing dan masuk ke lahan pertanian, khususnya kebun bawang. Ini sangat merugikan, karena tanaman mereka jadi rusak,” jelasnya.

‎Ia menambahkan, mayoritas warga Baruga Dhua 99 persen merupakan petani yang sangat bergantung pada hasil kebun.

‎Karena itu, segala bentuk gangguan, termasuk limbah dan akses liar, sangat berdampak pada mata pencaharian mereka.

‎Tak hanya soal sampah, Suhaeni juga mengungkapkan keresahan warga atas sejumlah pengunjung yang kedapatan melakukan tindakan tidak senonoh di lokasi tersebut.

‎Hal inilah yang memperkuat keputusan penutupan akses jalan ke Bukit Sigitung melalui wilayah Baruga Dhua, keputusan tersebut telah dirapatkan oleh pihak Desa, warga dan Bhabinkamtibmas.

‎“Kami tidak melarang orang menikmati keindahan alam, tapi jangan sampai merusak lingkungan dan mengganggu warga. Kalau mau dijadikan wisata, harus ada aturan dan pengelolaan yang jelas,” tegasnya.

‎Seiring meningkatnya kunjungan ke Bukit Sigitung, suara masyarakat sekitar pun kian lantang meminta agar kawasan tersebut tidak lagi digunakan secara sembarangan.

‎Mereka berharap, jika ingin dikembangkan sebagai destinasi wisata, perlu ada keterlibatan warga dan perencanaan matang demi menjaga lingkungan dan kesejahteraan petani.

Bukan Tempat Wisata

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Majene, Ahmad Djamaan mengatakan, Bukit Sigitung tak menjadi bagian dari daftar objek wisata resmi pemerintah daerah, sehingga pihaknya tak bertanggung jawab terhadap insiden pengrusakan kendaraan yang dialami pengunjung.

‎“Bukit Sigitung tidak tercatat sebagai destinasi wisata yang berada di bawah pengelolaan Dinas Pariwisata. Karena itu, segala bentuk aktivitas maupun kejadian di lokasi tersebut bukan dalam wewenang dan tanggung jawab kami,” tegas Ahmad Djaman sata dikonfirmasi Tribun Sulbar.com via telepon Minggu (15/6/2025).

‎Pernyataan tersebut menjawab berbagai sorotan setelah sejumlah pengunjung mengaku kehilangan barang, termasuk helm dan komponen sepeda motor, saat berwisata di kawasan bukit dengan ketinggian sekitar 743 meter di atas permukaan laut itu.

 
‎Menurut Ahmad, tempat-tempat yang tidak masuk dalam pengelolaan resmi memang rentan terhadap persoalan keamanan dan pengawasan, karena tidak ada struktur pengelola, regulasi, maupun sistem pelayanan yang ditetapkan pemerintah daerah.

‎“Kami hanya mengimbau masyarakat agar lebih berhati-hati dalam memilih lokasi wisata, terutama yang belum memiliki sistem pengelolaan resmi. Jika ada rencana menjadikan Sigitung sebagai destinasi, tentu butuh koordinasi dari pihak desa atau masyarakat setempat terlebih dahulu,” tambahnya. (*)

‎Laporan wartawan Tribun Sulbar.com Anwar Wahab.

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved