Gebrakan HMI MPO: Muh. Ahyar Latif, Putra Sulbar, Mencuat di Bursa Calon Ketua Umum PB HMI

Di berbagai sudut kota Pekanbaru, dari hotel berbintang hingga rumah makan sederhana, diskusi-diskusi serius tentang calon pemimpin masa depan berlang

Editor: Abd Rahman
Ahyar
BADKO HMI - Ketua Badko HMI Sulselbar Muh Ahyar Latiif saat mengenakan Passapu atau penutup kepala di Hotel Calro Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Ahyar bersama para kader HMI lainya. 

TRIBUN-SULBAR.COM- Nama Ketua Badan Koordinasi (Badko) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Sulawesi Selatan dan Barat (Sulselbar) Muh Ahyar Latif, masuk dalam bursa kandidat calon Ketua Umum Pengurus Besar HMI MPO di Kongres XXXIV HMI Pekanbaru.

Nama putra asal Sulbar itu muncul dalam dinamika kongres HMI MPO XXXIV yang dipusatkan di Pekanbaru.

Kongres ke HMI Ke-XXXIV mengangkat tema "Implementasi Ulul Albab untuk HMI Menyejarah." 

Dari tiga nama besar telah mengkristal sebagai kontestan utama dalam bursa pencalonan Ketua Umum Pengurus Besar HMI periode 2025-2027. Ada nama mantan Ketua HMI Cabang Mamuju Ahyar Latif.

Baca juga: Kunci Jawaban PAI Kelas 12 Kurikulum Merdeka, Bab 1 Semangat Beribadah dengan Meyakini Hari Akhir

Baca juga: Masa Kontrak Habis,Balotelli Pilih Bungkam soal Pembicaraan dengan Pelatih PSM Makassar

Aktivis berdarah Sulbar itu disebut-sebut sebagai kandidat yang kuat dalam kontestasi politik di kongres HMI itu.

Atmosfer politik internal HMI menjelang kongres terasa begitu dinamis. 

Di berbagai sudut kota Pekanbaru, dari hotel berbintang hingga rumah makan sederhana, diskusi-diskusi serius tentang calon pemimpin masa depan berlangsung dengan intensitas tinggi. 

Para kader senior dan yunior terlibat dalam perdebatan yang constructive namun penuh gairah, membahas visi-misi para calon yang telah mencuat ke permukaan.

Menariknya dari dinamika pencalonan kali ini adalah munculnya generasi baru pemimpin HMI yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki pemahaman mendalam tentang tantangan zaman. 

Muh.Ahyar dari cabang Mamuju yang kebetulan sekarang menjabat sebagai ketua Badan Koordinasi Sulawesi Selatan dan Barat. 

Salah satu kader terbaik yang dimiliki bumi Manakarra Sulawesi Barat, yang mengusung tema "Ulul Albab" yang dipilih sebagai semangat kongres.

Pemilihan tema "Implementasi Ulul Albab untuk HMI Menyejarah" bukanlah keputusan sembarangan. 

"Ulul Albab, dalam tradisi Al-Qur'an, merujuk pada sosok yang memiliki keseimbangan antara kecerdasan rasional dan kebijaksanaan spiritual," kata Ahyar dalam tulisanya diterima Tribun-Sulbar.com, Senin (26/5/2025).

Kata dia, Ulul Albab mereka adalah orang-orang yang mampu melihat tanda-tanda kebesaran Allah dalam fenomena alam dan sosial, kemudian mentransformasikannya menjadi aksi nyata untuk kemaslahatan umat.

Dalam konteks HMI kontemporer, konsep Ulul Albab menjadi jawaban atas krisis kepemimpinan yang melanda berbagai lini kehidupan bangsa. 

Karena itu HMI sebagai organisasi yang telah melahirkan ribuan pemimpin nasional, dituntut untuk kembali memproduksi kader-kader yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki integritas moral dan komitmen kebangsaan yang tinggi.


Para calon pemimpin HMI periode mendatang menyadari betul bahwa mereka tidak hanya akan memimpin organisasi mahasiswa biasa, melainkan sebuah institusi yang memiliki tanggung jawab sejarah untuk melahirkan generasi Ulul Albab Indonesia. 

Visi-misi yang mereka tawarkan pun mencerminkan pemahaman mendalam tentang kompleksitas tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia di abad ke-21.

Dari perspektif sosiologi organisasi, pencalonan dalam Kongres XXXIV HMI menunjukkan gejala demokratisasi internal yang semakin matang. 

Berbeda dengan kongres-kongres sebelumnya yang cenderung didominasi oleh elit senior, kali ini terlihat partisipasi aktif generasi muda yang membawa perspektif segar dan berani mengajukan alternatif kepemimpinan.

Ahyar pun menilai, peta kekuatan dalam pencalonan menunjukkan adanya tiga kutub utama.

Kutub pertama adalah kelompok yang menekankan modernisasi dan profesionalisme organisasi. 

Mereka mengusung visi HMI sebagai think tank yang mampu memberikan kontribusi nyata dalam perumusan kebijakan publik. 

Kutub kedua adalah kelompok yang fokus pada penguatan gerakan sosial kemasyarakatan, dengan menekankan peran HMI sebagai agent of change di tingkat grassroot. 

Kutub ketiga adalah kelompok yang memprioritaskan konsolidasi internal dan penguatan sistem kaderisasi.

Yang menarik adalah bahwa ketiga kutub ini tidak bersifat antagonistik, melainkan saling melengkapi dalam kerangka visi besar HMI Menyejarah.

Dialog-dialog yang berlangsung menjelang kongres menunjukkan kematangan politik internal HMI yang mampu mengelola perbedaan pendapat menjadi kekuatan sinergis.

Frasa "HMI Menyejarah" dalam tema kongres memiliki makna ganda yang profound. Secara literal, ia berarti HMI yang mencatat atau menulis sejarah. 

Secara filosofis, ia merujuk pada HMI yang membuat sejarah baru dalam pergerakan mahasiswa Islam Indonesia.

Kepemimpinan HMI periode 2025-2027 diharapkan mampu mewujudkan kedua makna tersebut. 

Mereka harus mampu mendokumentasikan dan melestarikan sejarah perjuangan HMI, sekaligus menciptakan bab-bab baru yang lebih gemilang dalam sejarah organisasi.

Proyeksi yang paling realistis adalah HMI akan semakin mengukuhkan posisinya sebagai organisasi mahasiswa Islam yang paling berpengaruh di Indonesia. 

Dengan kepemimpinan yang visioner dan program-program yang inovatif, HMI diharapkan dapat menjadi rujukan bagi gerakan mahasiswa Islam di kawasan Asia Tenggara, bahkan dunia.

Namun, proyeksi ini hanya akan terwujud jika kepemimpinan yang terpilih benar-benar mampu mengimplementasikan konsep Ulul Albab dalam setiap aspek kepemimpinannya. 

Mereka harus mampu menjadi teladan dalam integritas, inovasi dalam berorganisasi,dan konsistensi dalam memperjuangkan nilai-nilai kebenaran.(*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved