Opini

Menggerakkan Semesta, Mencerdaskan Bangsa

Membangun Kolaborasi, Menumbuhkan Harapan di tengah kekacauan informasi digital, rencana pemerintah untuk membatasi media sosial bagi anak- anak

Editor: Abd Rahman
OPINI - Furqan Mawardi, Wakil rektor I Universitas Muhammadiyah Mamuju menulis opini tentang mewujudkan generasi yang unggul dan berkualitas, maka kita perlu menanamkan kebiasaan-kebiasaan positif sejak dini
Furqan Mawardi for Tribun sulbar 

Oleh Furqan Mawardi.
Wakil Rektor 1 Universitas Muhammadiyah Mamuju

TRIBUN-SULBAR.COM - Tak ada peradaban yang tumbuh tanpa pendidikan. Dan tak ada pendidikan yang bermutu jika hanya dipikul oleh segelintir orang. Pendidikan adalah urusan bersama. Ia menuntut gotong royong semesta,dari negara hingga dusun, dari pusat kekuasaan hingga ruang belajar terkecil di rumah kita masing-masing.

Pada peringatan Hari Pendidikan Nasional 2025 ini, Presiden RI meresmikan Program Hasil Terbaik Cepat,sebuah terobosan strategis dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. 

Program ini menyasar perbaikan sarana-prasarana,digitalisasi pembelajaran, insentif untuk guru non-ASN, sertabeasiswa pendidikan lanjutan bagi guru yang belum bergelar S-1 atau D-4. Langkah ini patut diapresiasi, tetapi juga harus dibarengi dengan kesadaran kolektif, bahwa tanggung jawab mencerdaskan anak bangsa tak bisa didelegasikan sepenuhnya kepada negara. Ia harus digerakkan secara semesta. 

Paradoks Pendidikan: Peringkat Naik, Skor Turun

Temuan PISA 2022 menyuguhkan ironi. Peringkat literasi Indonesia memang naik ke posisi 39 dari 41 negara peserta, namun skor literasi siswa justru turun dari tahun sebelumnya. Ini seperti berpindah ke bangku depan, tapi kemampuan membaca semakin buram. 

Laporan Dinas Pendidikan Buleleng Bali juga menggemparkan: masih banyak anak SMP yang belum lancar membaca, namun lancar menari di jagat media sosial. Ini bukan sekadar masalah akademik, tapi soal kegagalan sistemik. Bahkan KPK, lewat Survei Penilaian Integritas (SPI) 2025, menemukan bahwa indeks integritas dunia pendidikan kita masih berada pada angka 69,50—hanya pada level "korektif". 

Ini menandakan bahwa moralitas pendidikan kita masih butuh pencerahan, bukan hanya perbaikan struktur.Karena pendidikan adalah ruang perjumpaan antara negara, keluarga, dan masyarakat. 

Negara bisa membangun gedung, menyediakan kurikulum, dan mengangkat guru. Tapi jika orang tua abai, jika media sosial lebih dipercaya daripada buku, jika masyarakat tidak lagi menjadi ekosistem belajar, maka pendidikan akan berjalan pincang.

Kita lupa, bahwa murid pertama belajar bukan di sekolah, tapi di pangkuan ibunya.Bahwa nilai-nilai hidup tidak hanya ditanam oleh guru, tapi juga disaksikan dalam perilaku masyarakat. Maka tak bisa kita biarkan pendidikan hanya menjadi urusan birokrasi.

Sudah waktunya menggerakkan semesta, ormas keagamaan, komunitas lokal, tokoh adat, media massa,relawan pendidikan, semua harus disatukan dalam satu kesadaran besar: menyelamatkan masa depanIndonesia melalui anak-anaknya hari ini.

Membangun Kolaborasi, Menumbuhkan Harapan di tengah kekacauan informasi digital, rencana pemerintah untuk membatasi media sosial bagi anak- anak adalah langkah progresif.

Langkah ini perlu kita dukung bersama, Tentu, perlu kajian matang dan
pendekatan bijak. Namun arah kebijakannya jelas: melindungi anak-anak dari tsunami distraksi yang membuat mereka kecanduan layar, tetapi alergi membaca.

Sinergisitas antara pemerintah pusat dan daerah perlu bersinergi. Dunia usaha dapat masuk dengan tanggung jawab sosialnya. Guru dan kepala sekolah didorong untuk tidak hanya menjadi pelaksana teknis yang menguras energi, akan tetapi juga pemimpin pembelajaran yang menginspirasi. Dan orang tua, sekali lagi, harus hadir secara utuh bukan hanya hadir secara fisik, tetapi juga mesti hadir, fisik, hati dan pikiran.

Kita tak butuh keajaiban besar. Kita hanya perlu keberanian untuk bekerja sama, mendobrak ego sektoral, dan membangun jembatan antarperan. Karena pendidikan adalah orkestra yang tak akan merdu jika hanya dimainkan oleh satu instrumen.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

LUKA DI BUMI, SUARA DARI RERUNTUHAN

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved