Harga Kedelai Naik
Pengrajin Tahu Tempe di Polman Meradang Harga Kedelai Tembus Rp 16.500 Per Kg
Adrian menyebut selama ini sangat bergantung sama kedelai impor, lantaran produksi kedelai lokal hanya sedikit.
Penulis: Fahrun Ramli | Editor: Munawwarah Ahmad
TRIBUN-SULBAR.COM, POLMAN - Sejumlah pengrajin tahu dan tempe di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat (Sulbar), meradang akibat kenaikan harga kedelai imbas perang tarif dagang Amerika Serikat (AS).
Mereka terpaksa mengurangi produksi dengan keuntungan yang semakin menipis agar tidak gulung tikar.
Baca juga: Wakil Ketua DPRD Sulbar Suraidah Minta Pelayanan Kesehatan RSUD Sulbar Dievaluasi: Itu Memalukan!
Baca juga: Gara-gara Senggolan di Jl Poros, Dua Pemuda di Mamuju Nyaris Picu Bentrokan Kelompok Warga 2 Desa
Seperti dirasakan pengrajin tahu bernama Adrian Hendri Prayoga di Desa Sugihwaras, Kecamatan Wonomulyo, Polman.
Menurut Adrian, kenaikan harga kedelai yang menjadi bahan baku utama pembuatan tahu dan tempe terjadi pascalebaran Idul Fitri kemarin.
Harga kedelai perlahan melejit menjadi Rp 10.700 per Kilogram (Kg) dari harga awal Rp 9.600 per Kg.
Harga terbaru saat ini sudah tembus Rp 16.500 per Kg berdasarkan data Dinas Perdagangan Polman.
"Kalau dibilang rugi tidak juga, hanya keuntungan memang semakin menipis, jadi terpaksa kita mengurangi saja produksi demi mempertahankan langganan," kata Adrian kepada wartawan, Selasa (22/4/2025).
"Ada kenaikan harga kedelai habis lebaran kemarin, dari harga Rp 9.600 naik menjadi Rp 10.700 per Kg," lanjutnya.
Adrian mengaku tidak mengetahui secara pasti pemicu naiknya harga kedelai.
Dia menduga kenaikan harga dampak perang tarif dagang dilancarkan pemerintah AS sebab pengrajin tahu dan tempe masih bergantung pada kedelai impor.
"Mungkin masalah di luar negeri, perang tarif dagang, Amerika, atau mungkin di sana stoknya memang lagi tidak ada," katanya lagi.
Adrian menyebut selama ini sangat bergantung sama kedelai impor, lantaran produksi kedelai lokal hanya sedikit.
Dia mengaku tidak dapat berbuat banyak untuk menyiasati kenaikan harga kedelai ini.
Menurutnya, opsi mengurangi produksi jauh lebih baik ketimbang ikut menaikkan harga jual atau mengurangi ukuran tahu dan tempe.
"Kita jalani saja, kita mau perkecil ukuran kalah saingan dengan yang lain, karena di sini tidak ada komunitas, siapa yang kuat itu yang masih jalan, kalau ukuran kita perkecil itu akan lari pelanggan," ucapnya.
Adrian berharap pemerintah dapat melakukan upaya antisipasi apabila kenaikan harga ini terus terjadi.
Salah satu caranya dengan memfasilitasi pembentukan organisasi pengrajin tahu tempe di daerah ini.
Organisasi itu diharapkan dapat menjadi wadah bagi pengrajin tahu dan tempe untuk menyepakati harga jual jika terjadi perubahan harga kedelai.
"Kalau bisa pemerintah fasilitasi pembentukan komunitas industri tahu tempe yang nantinya bisa mengatur harga jual jika terjadi perubahan harga bahan baku kedelai," harapannya.(*)
Laporan Wartawan Tribun-Sulbar.com, Fahrun Ramli
Bobotoh Dilarang Hadir di Stadion Sultan Agung Bantul, Persib Singgung Ancaman Sanksi |
![]() |
---|
Pohon Tumbang Tutup Akses Jl Poros Polman - Mamasa Disingkirkan, Kabel Telekomunikasi Rusak |
![]() |
---|
PSM 'Hattrick' Imbang Usai Ditahan Semen Padang Bernardo Tavares Sebut Pemain Emosi Bermain |
![]() |
---|
Puluhan Peserta Gerak Jalan di Polman Jatuh Pingsan karena Kelelahan |
![]() |
---|
Bantuan Korban Banjir di Kalukku Mamuju Cair, Apa Kabar Dana Stimulan Gempa Bumi? |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.