Kasus Pelecehan

Kasus Uang Palsu Belum Tuntas, UIN Alauddin Makassar kembali Tercoreng Kasus Pelecehan Seksual

Korban diduga jadi korban pelecehan saat setor hafalan di ruang kelas 406, lantai 4, Fakultas Adab dan Humaniora UINAM.

Editor: Ilham Mulyawan
Tribun-Bali.com
Ilustrasi pelecehan. Seorang mahasiswi melaporkan dugaan pelecehan seksual yang dilakukan ASN Pemkab Majene. 

Karena memiliki kemampuan bahasa Arab, pihak fakultas memanfaatkan keahliannya untuk mengajar. 

Namun, SK dosen tersebut sebenarnya ditujukan untuk fakultas lain.

Atas laporan itu, Prof Barsihannor memutuskan untuk menonaktifkan dosen tersebut dari fakultasnya. 

Keputusan tersebut diambilnya setelah mendengar klarifikasi dari korban dan oknum dosen tersebut

Empat mata kuliah yang sebelumnya diajar oleh dosen itu kemudian diambil alih oleh Ketua Program Studi.

"Intinya sudah saya berhentikan oknum tersebut 3 bulan lalu. Dosen tersebut juga tidak bertugas di fakultas kami tapi di fakultas lain itu sesuai dengan SK penempatannya," jelas dia.

Kasus Uang Palsu 

Dosen UIN Alauddin Makassar yang jadi tersangka utama kasus uang palsu adalah Andi Ibrahim.

Andi Ibrahim jugalah yang memasukkan mesin cetak seharga Rp 600 juta ke Perpustakaan Syekh Yusuf Kampus II UIN Alauddin Makassar, Jalan Yasin Limpo, Kabupaten Gowa, Sulsel.

Kapolres Gowa AKBP Reonald Simanjuntak mengatakan uang tersebut juga disalahgunakan untuk mendukung ambisi politik yakni menjadi calon bupati Barru.

Para Tersangka kasus uang palsu UIN Alauddin Makassar saat ditampilkan di sesi Jumpa pers Polda Sulsel , Kamis (19/12/2024)
Para Tersangka kasus uang palsu UIN Alauddin Makassar saat ditampilkan di sesi Jumpa pers Polda Sulsel , Kamis (19/12/2024) (Muhammad Abdiwan / Tribun Timur)

Reonald Simanjuntak menyebut Andi Ibrahim Cs hanya mencetak uang palsu pecahan Rp100 ribu di UIN Alauddin.

Biaya per lembar uang palsu yang dicetak di UIN Alauddin mencapai Rp56 ribu.

Pecahan kecil seperti Rp50 ribu dianggapnya tidak menguntungkan.

"Pecahan lebih kecil dianggap tidak menguntungkan karena modalnya tidak sebanding dengan hasil yang didapatkan," katanya.

Uang tersebut juga disalahgunakan untuk mendukung ambisi politik, yakni menjadi calon bupati Barru.

Halaman
123
Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved