Kuliner Mamuju Tengah
Cerorot, Kue Manis Khas Sasak Lombok yang Eksis di Bumi Lallatassisara Mamuju Tengah
Cerorot oleh masyarakat suku Sasak, kerap kali disajikan pada saat acara-acara adat seperti begawe (pesta) dan berbagai acara-acara tradisional
Penulis: Sandi Anugrah | Editor: Abd Rahman
TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU TENGAH - Cerorot merupakan makanan tradisional dari Suku Sasak Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Keberadaan kuliner khas Sasak ini masih kerap di jumpai di Bumi Lallatassisara sebutan Kabupaten Mamuju Tengah (Mateng), Sulawesi Barat (Sulbar) tepatnya di Dusun Mamuji Desa Kuo Kecamatan Pangale.
Kuliner ini berbahan dasar tepung terigu, gula merah dan santan kelapa.
Kemudian dibungkus menggunakan daun kelapa muda atau janur berbentuk terompet.
Kue ini memiliki krakter rasa yang lumayan manis karena berbahan dasar gula merah.
Cerorot oleh masyarakat suku Sasak, kerap kali disajikan pada saat acara-acara adat seperti begawe (pesta) dan berbagai acara-acara tradisional.
Salah seorang warga, Suratih mengatakan, cerorot dibawa oleh masyarakat transmigrasi dari Lombok NTB sejak tahun 1982 hingga kini 2024.
"Alhamdulillah, warga masih terus melestarikan kuliner cerorot ini," ujarnya saat ditemui di kediamannya, Desa Kuo, Kecamatan Pangale, Mateng, Jumat (4/10/2024).
Ia mengaku, cerorot disajikan saat momen hari raya Umat Islam diantaranya, Lebaran Idul Fitri, Idul Adha ataupun Maulid Nabi Muhammad SAW.
Dimana, ratusan warga terutama ibu-ibu menyiapkan cerorot bersama aneka sajian lainnya yang nantinya dihidangkan untuk para tamu.
Cara penyajiannyapun cukup unik, dimana makanan disajikan dalam satu wadah baki.
Diatasnya menggunakan kerupuk rengginang berukuran besar yang berfungsi sebagai penutup makanan.
Selain itu, warga juga menggunakan tembolak sebagai penutup makanan dari daun pohon lontar berwarna merah.
Baca juga: 3 Remaja di Luyo Polman Terindikasi Gangguan Jiwa Akibat Pil Boje,Sempat Jalani Perawatan
Baca juga: Kuliner Khas Mamuju Sulawesi Barat
"Tembolak ini di datangkan langsung dari Lombok NTB," ungkapnya.
Suratih mengatakan, dengan perkembangan jaman di era modern tentu banyak jenis aneka makanan bermunculan.
"Namun, sebagai masyarakat yang sadar akan peninggalan leluhur kuliner tradisional ini akan terus dipertahankan," tutupnya. (*)
Laporan Wartawan Tribun-Sulbar.com, Sandi AnugrahÂ
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.