Demam Berdarah

Mamuju Sarang Nyamuk Aedes Aegypti? Tembus 224 Kasus, DBD Mamuju Tertinggi se-Sulbar

Beberapa gejala yang perlu diperhatikan dan harus dilakukan pemeriksaan apabila merasakan demam tinggi berlebihan.

Editor: Ilham Mulyawan
Shutterlock
Gambar ilustrasi. Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Ani Ruspitawati menyebut Jakarta Barat jadi wilayah dengan kasus demam berdarah dengue (DBD) terbanyak di awal 2024 ini. 

 

TRIBUN-SULBAR.COM - Dinas kesehatan (Dinkes) Sulawesi barat mengungkapkan data Demam Berdarah Dengue (DBD) yang terjadi di Sulbar periode Januari hingga Februari 2024.

Demam berdarah merupakan gangguan yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulbar, drg. Asran masdy mengingatkan warga Sulbar agar mewaspadai meningkatnya angka Demam Berdarah (DBD) yang sedang meningkat.

Beberapa gejala yang perlu diperhatikan dan harus dilakukan pemeriksaan apabila merasakan demam tinggi berlebihan.

Asran menjelaskan 1 dari 4 orang yang terinfeksi dengue akan terkena sakit.

Sementara, untuk orang yang menderita demam berdarah, gejalanya bisa ringan atau berat. Gejala yang paling umum adalah demam salah satu sertai Mual, muntah, rasa nyeri seperti sakit mata, biasanya di belakang sakit mata, otot, sendi, atau tulang.

Baca juga: Kasus DBD, Mamuju Terbanyak 224 Kasus Disusul Polman 75 Kasus Majene 32 Kasus, Mamasa Hanya 13 Kasus

Baca juga: Polisi Tes Urine Sopir Bus di Mamuju Sebelum Bawa Pemudik Pulang Kampung

Tanda peringatan perlu diperhatikan apabila Gejala berlangsung 2-7 hari. Paling orang akan pulih setelah sekitar satu minggu.

Asran menyebut di Sulbar angka DBD masih saja ditemukan.

"Berdasarkan angka dari Januari sampai Februari 2024, total kasus Infeksi Dengue ada 411 Kasus, DD 160 Kasus (39 persen) dan DBD ada 251 Kasus (61 persen), " ucap Asran.

Berdasarkan sebaran kasus DBD per Januari Sampai Februari 2024, Mamuju menjadi daerah terbanyak yakni 224 kasus.

Disusul Polewali Mandar 75 kasus, Pasangkayu 52 kasus, Majene 32 kasus, Mamuju Tengah 15 kasus dan Mamasa 13 kasus.

Dari keseluruhan angka tersebut ia mengaku bersyukur pasalnya belum ditemukan adanya kematian diakibatkan virus tersebut.

Ia mengatakan, DBD banyak diakibatkan kurangnya masyarakat memperhatikan kondisi lingkungan.

Oleh karena itu, menurut drg Asran, jalan utama yang harus dilakukan untuk pencegahan adalah dengan membuat lingkungan lebih bersih dan rapi, termasuk memberikan fooging.

"Yang terpenting adalah masyarakat harus terus diedukasi agar menjaga kondisi kesehatan lingkungan," tutupnya. (*)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved