Sekuriti Basarnas Mamuju Ditikam

Kata Dosen Komunikasi STAIN Majene Soal Sekuriti Basarnas Tikam Rekan Kerjanya Hingga Tewas

Teori ini mengatakan, kebutuhan itu dapat terpenuhi ketika kita menjalin komunikasi dengan orang lain.

Penulis: Suandi | Editor: Nurhadi Hasbi
dok Fathiyah, S.Sos., M.I.Kom.
Ketua Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam STAIN Majene, Fathiyah, S.Sos., M.I.Kom. 

TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU - Dosen Psikologi Komunikasi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Majene, Fathiyah menanggapi insiden penikaman sekuriti Basarnas Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar) oleh rekan kerjanya sendiri.

Insiden itu terjadi di halaman Kantor Basarnas Mamuju, Kelurahan Sinyonyoi Selatan,Kecamatan Kalukku,Kabupaten Mamuju, Minggu (24/12/2023) kemarin mengundang reaksi publik.

Kata Fathiyah, tindakan kekerasan adalah bentuk ekspresi emosi yang tidak terkendalikan.

"Menurut Abraham Maslow dalam piramid analisis kebutuhannya bahwa manusia itu punya physio logical needs, safety and security needs, social needs, ego needs dan self actualization needs," ujarnya saat dikonfirmasi Tribun-Sulbar.com, Senin (25/12/2023).

Teori ini mengatakan, kebutuhan itu dapat terpenuhi ketika kita menjalin komunikasi dengan orang lain.

Melalui komunikasi seseorang bisa memenuhi social needs (kebutuhan sosial) melalui hubungan pertemanan dan konektifitas satu sama lain.

Melalui komunikasi manusia bisa memenuhi self actualization (aktualisasi diri) dengan selalu mendapatkan pujian dari orang lain atas apa yang telah kita lakukan.

"Sehingga dalam kasus ini bisa jadi pelaku merasa ada kebutuhannya yang dilanggar," sambungnya.

Magister Ilmu Komunikasi Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar ini menerangkan, bisa jadi pelaku merasa mendapat perlakuan yang tidak layak.

Misalnya mendapat bentakan atau perlakuan kasar dari korban.

"Tapi ini tentu tidak akan terjadi jika keduanya memiliki komunikasi yang baik," ujar Ketua Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) STAIN Majene ini.

Lebih lanjut, Fathiyah mengatakan, bisa jadi pelaku merupakan orang dengan tingkat pengendalian emosi rendah sehingga sangat mungkin untuk melakukan tindakan kriminal.

Sehingga, emosi tidak diekspresikan melalui tindakan komunikasi tetapi dengan tindakan kekerasan.

"Jadi tindakan kekerasan itu sebenernya adalah bentuk ekspresi emosi yang tidak terkendalikan," terangnya.

Ia mengungkapkan, secara garis besar penikaman tersebut terjadi karena adanya harga diri yang mungkin dilanggar.

Karena ada kebutuhan yang seharusnya terpenuhi tetapi justru dilanggar oleh orang lain.

"Kalau dalam kasus biasa kalau orang merasa terhina mungkin akan kembali menyerang dengan serangan verbal ( marah, teriak, membentak dst), tapi karena bercampur dengan emosi yang tidak stabil yah, terjadilah," pungkasnya.(*)

Laporan Reporter Tribun Sulbar Suandi

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved