Penangkaran Buaya Mateng

Penangkaran Buaya Kesulitan Biaya Pakan, Pemkab, BBKSDA dan Perusahaan Sawit Dianggap Ingkar Janji

Bahkan lanjut Rusli, pemerintah bersama BBKSDA telah beberapa kali berkunjung ke lokasi penangkaran, namun bantuan biaya pakan hanya sebatas harapan.

Editor: Ilham Mulyawan
Samsul Bachri/Tribun-Sulbar.com
Puluhan buaya di penangkaran di Desa Babana Kecamatan Budong-Budong, Mamuju Tengah berjemur, Minggu (27/8/2023). 

TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU TENGAH - pengelola penangkaran buaya di Mamuju Tengah, Rusli mengatakan, sebelum pengelola mengalami kesulitan biaya pakan buaya penangkaran, pernah dilaksanakan rapat bersama Pemkab Mamuju tengah, bersama Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) dan empat perusahaan sawit.

Dalam rapat tersebut, disepakati empat perusahaan sawit siap menanggulangi biaya pakan buaya penangkaran.

"Namun hingga saat ini, hasil rapat bahwa yang dihadiri emat perusahaan sawit belum juga terealisasi.

Baca juga: Sepi Pengunjung, Pengelola Penangkaran di Mamuju Tengah Pakai Uang Pribadi untuk Pakan Buaya

Baca juga: Pengelola Penangkaran Kewalahan Penuhi Pakan, 36 Ekor Buaya di Mamuju Tengah Akan Dilepas?

"Bahkan dalam kesepakatan itu semua perusahaan sawit dibebankan biaya pakan, namun hanya janji semata, " ungkap Rusli.

Bahkan lanjut Rusli, pemerintah bersama BBKSDA telah beberapa kali berkunjung ke lokasi penangkaran, namun bantuan biaya pakan hanya sebatas harapan.

Buaya-buaya yang berada di penangkaran Desa Babana Kecamatan Budong-Budong, Mamuju Tengah. Puluhan buaya ini ada hasil evakuasi dari berbagai wilayah di Mamuju Tengah, Kamis (22/12/2022).
Buaya-buaya yang berada di penangkaran Desa Babana Kecamatan Budong-Budong, Mamuju Tengah. Puluhan buaya ini ada hasil evakuasi dari berbagai wilayah di Mamuju Tengah, Kamis (22/12/2022). (samsul Bachri/Tribun-Sulbar.com)

Rusli berharap pemerintah Kabupaten Mamuju Tengah dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) serius menangani permasalahan ini.

"Kita berharap ada keseriusan, karena kami pengelola juga kewalahan pemenuhan pakan, " pintanya.

Tak Diberi Makan

Rusli menuturkan, buaya di penangkaran seringkali tak diberi makan, lantaran pengelola semakin kesulitan biaya pakan, akibat jumlah pengunjung terus menurun.

Alhasil, jadwal makan puluhan buaya di penangkaran tidak menentu.

Bahkan pihak pengelola terpaksa harus menguras kantong pribadi untuk biaya pakan.

Kata Rusli, sebelumnya dalam sebulan pengelola dapat mengumpulkan uang sebesar Rp 500 ribu sumbangan dari para pengunjung.

Namun sejak beberapa bulan terkahir ini pengunjung sepi, sumbangan juga berkurang.

"Dulu agak lumayan pak, bisa dapat Rp500 ribu dalam sebulan, tapi sekarang sudah sangat kurang sekali bahkan tidak ada," keluhnya.

"Biaya pribadi (pengelola) pak, daripada buaya tidak makan, kita belikan ayam potong sesuai kemampuan, " tutur Rusli.

Selain menggunakan dana pribadi, hewan ternak warga yang mati juga terkadang dibawa ke penangkaran untuk dijadikan makanan buaya. (*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved