Dampak Kemarau

Petani Cabai di Desa Pulliwa Polman Merugi, Tanaman Mati Imbas Kemarau

Pasalnya sudah satu bulan hingga Rabu (16/8/2023) kemarau panjang melanda, tidak pernah turun hujan.

Penulis: Fahrun Ramli | Editor: Munawwarah Ahmad
Tribun Sulbar / Fahrun Ramli
Ibu Nana saat memperlihatkan tanaman lombok di kebun miliknya pada mati dan layu akibat kemarau panjang di Desa Pulliwa, Kecamatan Bulo, Polman, Rabu (16/8/2023). 

TRIBUN-SULBAR.COM, POLMAN - Para petani lombok atau cabai di Desa Pulliwa, Kecamatan Bulo, Kabupaten Polewali Mandar (Polman) mulai menjerit di musim kemarau panjang.

Pasalnya sudah satu bulan hingga Rabu (16/8/2023) kemarau panjang melanda, tidak pernah turun hujan.

Kondisi ini sebabkan sejumlah tanaman lombok mengalami kekeringan layu hingga akhirnya mati.

Pantauan Tribun-Sulbar.com, sedikitnya ada puluhan tanaman lombok mati kekeringan milik salah satu petani bernama ibu Nana ini.

Tanaman lombok yang ia tanam sejak tiga bulan lalu harusnya masik dapat di panen pada bulan ke empat.

"Baru tiga bulan ini kita panen, langsung kemarau tidak hujan dan pohonnya ikut mati," ungkap ibu Nana kepada wartawan.

Ia mengatakan sedikitnya ada 50 pohon lombok miliknya mati kekeringan dari 100 pohon yang sebelumnya ia tanam.

Mulanya pohon lombok ini mengalami kekeringan pada daun, rontok hingga layu dan mati.

Sementara biji lombok yang ia petik juga mulai berubah warna, yang harusnya merah berubah jadi menguning.

"Kalau kuning itu tidak bagus kualitasnya, murah dibelikan sama pengepul tempat kita jual kalau sudah panen," ungkapnya.

Ia mengatakan pada Juni 2023 lalu, lombok di kebun miliknya panen mencapai 50 kilogram.

Saat musim kemarau atau Juli dan Agustus 2023, ia hanya dapat memanen sampai 15 kilogram (kg) saja.

Selain itu kata Nana, harga jual cabai miliknya juga menurun drastis lantaran kualitas cabai yang berubah.

Disebutkan sebelum kemarau pengepul membeli cabai miliknya dengan kisaran harga Rp 30 ribu per satu kg.

Saat cabai berubah warna menjadi menguning dan membusuk, cabainya hanya dihargai Rp 22 ribu satu kg.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved