Opini

Membangun Toleransi yang Kokoh dalam Menghadapi Pemilihan Presiden

Toleransi merupakan sikap saling menghargai, mengakui, dan menerima keberagaman di antara individu atau kelompok.

|
Editor: Nurhadi Hasbi
ist/Tribun-Sulbar.com
Mahasiswa STAIN Majene, Andi Yusrah. AR 

Oleh: Andi Yusrah. AR
Mahasiswa STAIN Majene

Pemilihan presiden merupakan momen penting dalam kehidupan demokrasi suatu negara.

Di saat yang bersamaan, ini juga merupakan waktu yang penuh dengan potensi perpecahan dan konflik.

Persaingan politik yang sengit, perbedaan pendapat, serta kecenderungan polarisasi masyarakat dapat mengancam kohesi sosial dan mengganggu hubungan antarwarga.

Oleh karena itu, dalam menghadapi pemilihan presiden, membangun toleransi yang kokoh menjadi penting untuk menjaga kestabilan dan persatuan bangsa.

Toleransi merupakan sikap saling menghargai, mengakui, dan menerima keberagaman di antara individu atau kelompok.

Hal ini berarti menghormati hak-hak dan kebebasan setiap individu, termasuk perbedaan keyakinan politik.

Dalam konteks pemilihan presiden, penting bagi kita untuk menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, terlebih saat pandangan politik cenderung terbagi.

Apa yang dapat kita lakukan?

Pertama-tama, penting untuk menciptakan ruang dialog yang inklusif.

Perbedaan pendapat adalah hal yang wajar dalam demokrasi, namun perlu diingat bahwa setiap pendapat memiliki nilai yang sama dan harus dihormati.

Mengadakan diskusi terbuka, forum publik, atau pertemuan komunitas dapat menjadi sarana untuk mendengarkan berbagai pandangan, mencari pemahaman bersama, dan memperkuat toleransi di tengah perbedaan politik.

Dalam diskusi tersebut, sikap saling mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain harus dijunjung tinggi.

Selain itu, media sosial juga memainkan peran penting dalam membangun toleransi.

Dalam era digital ini, informasi tersebar dengan cepat dan mudah.

Namun, sering kali media sosial menjadi ajang konflik dan polarisasi.

Oleh karena itu, sebagai pengguna media sosial, kita perlu bertanggung jawab dalam menyebarkan informasi yang akurat dan mempromosikan dialog yang sehat.

Hindari menyebarkan berita palsu atau konten yang merusak persatuan.

Berbagai platform media sosial juga dapat digunakan untuk memperkuat toleransi dengan mempromosikan narasi yang inklusif, mendukung diskusi yang bermakna, dan menghargai perbedaan pendapat.

Selanjutnya, pendidikan menjadi faktor kunci dalam membangun toleransi.
Pendidikan yang inklusif dan bertujuan untuk membentuk warga negara yang toleran sangat penting dalam menghadapi pemilihan presiden.

Melalui pendidikan, kita dapat mengajarkan nilai-nilai toleransi, mengenalkan budaya politik yang saling menghormati, serta memberikan pemahaman yang lebih luas tentang pentingnya persatuan dalam demokrasi.

Pendidikan juga dapat membangun keterampilan berpikir kritis, sehingga individu dapat memahami dan mengevaluasi informasi politik dengan objektif.

Dalam menghadapi pemilihan presiden, membangun toleransi yang kokoh bukanlah tugas yang mudah.

Namun, dengan komitmen bersama dan kesadaran akan pentingnya persatuan, kita dapat melangkah maju sebagai bangsa yang beragam tetapi tetap bersatu.

Melalui dialog yang inklusif, penggunaan media sosial yang bertanggung jawab, serta pendidikan yang mendorong toleransi, kita dapat memperkuat ikatan sosial dan membangun masyarakat yang lebih harmonis.

Ingatlah bahwa pada akhirnya, kita semua adalah warga negara yang satu, memiliki kepentingan yang sama untuk kemajuan dan kebaikan bersama.(*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

Negeri Festival

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved