DBD Sulbar

Kasus DBD di Sulbar Tinggi, Dinkes Bagi Tips Terhindar Demam Berdarah

Berikut, tips menghindari terjadi DBD dilingkungan sekitar pemukiman menurut Sekretaris Dinas Kesehatan Sulbar dr Darmawiyah.

Editor: Ilham Mulyawan
TRIBUN-TIMUR.COM/NURHADI
Pasar Induk Wonomulyo Kabupaten Polman, Sulawesi Barat difogging untuk mencegah penularan Demam Berdarah Dengue (DBD) dan virus corona. Fogging dilakukan oleh Pemerintah Kecamatan bersama Karamil Wonomulyo dan Polsek Wonomulyo, Rabu (15/7/2020). 

 

TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU - Kasus Deman Berdarah Dengue (DBD) Sulbar mencapai angka 397 kasus per Juli tahun 2023.

Lingkungan tidak sehat salah satu penyebab timbulnya kasus DBD tersebut.

Contohnya sampah yang lama tidak diangkut dan banyaknya genangan dilingkungan pemukiman warga.

Berikut, tips menghindari terjadi DBD dilingkungan sekitar pemukiman menurut Sekretaris Dinas Kesehatan Sulbar dr Darmawiyah.

"Saat ini terjadi musim hujan, kalau ada genangan air disekitar lingkungan rumah segera dibuang dan jangan dibiarkan," kata dr Darmawiyah.

Termasuk, juga jangan membiarkan sampah berserakan yang bisa menimbulkan nyamuk bersarang.

Jika terdapat anggota keluarga atau orang terdekat yang mengalami gejala DBD segera dirujuk ke puskesmas terdekat.

Selain itu, pencegahan DBD yang paling efektif dan efisien hingga saat ini yaitu dengan cara Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) menggunakan metode 3M Plus (Menguras, Menutup, Mendaur Ulang Barang Bekas).

Sebelumnya, diberitakan Kasus Deman Berdarah Dengue (DBD) di Sulawesi Barat mengalami peningkatan tahun 2022.


Tercatat selama periode Januari hingga Juni 2022 kasus DBD di Sulbar sebanyak 397 kasus tersebar di semua kabupaten.


"Kalau dilihat trendnya ada peningkatan terus kasusnya," kata Sekretaris Dinas Kesehatan Sulbar dr Darmawiyah, saat dihubungi melalui sambungan telepon, Kamis (6/7/2023).


Dia membeberkan bahwa dari 397 kasus ada tiga yang meninggal yakni di Mamuju satu orang dan Majene dua orang.


DBD ini adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue melalui gigitan nyamuk Aedes terutama Aedes aegypti.


"Ada penanganan tersendiri beda dengan penyakit lainnya," kata dr Darmawiyah.


Saat ini, dibagi tiga kelompok besar dalam penanganan kasus DBD ini.


Pertama, tindakan promotif, kedua tindakan preventif dan terakhir tindakan kuratif atau pengobatan.


"Kita sudah koordinasi ke kabupaten bahkan ke Puskesman. Jadi kita selalu laksanakan penyuluhan," ungkapnya.


Karena ini, kata dr Darmawiyah penyebab DBD ini sebenarnya prilaku hidup sehat.


Kemudian, memang musim hujan saat ini penyebarannya bisa saja terus terjadi dan tentunya harus menjaga kebersihan lingkungan.


"Ini biasanya ada di air tergenang. Kalau kita sudah mendapatkan satu kasus langsung kita lacak sekitarnya. Jangan sampai ada terkena karena cepat menular," ujarnya.


Selain itu, melakukan pembagian insektisida dan Obat Pembunuh Jentik Nyamuk (ABATE), termasuk penanganan fogging.


Terakhir, dilakukan tindakan kuratif atau pengobatan yang terkena DBD.


"Jadi siklus demamnya dua sampai tujuh hari, dia biasa kalau hari tiga sakit turun demamnya padahal jangan sampai ke keadaan sok, makanya harus langsung dirujuk ke puskesmas kalau ada kasus," tandasnya.


Adapun, Kasus DBD selema periode Januari - Juni tahun 2023 diantaranya:


1. Kabupaten Mamuju : 114 kasus (1 meninggal)


2. Kabupaten Mamuju Tengah : 64 kasus


3. Kabupaten Pasangkayu : 60 kasus


4. Kabupaten Majene : 18 kasus (2 meninggal)


5. Kabupaten Polewali Mandar : 139 kasus


6. Kabupaten Mamasa : 2 kasus.(*)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved