Kemunculan Buaya

Data Serangan Buaya di Mateng 2020 Hingga Mei 2023 Tujuh Kasus, Lima Korban Meninggal

Mustalib menyebut Daerah Aliran Sungai (DAS) di Mamuju Tengah memang semua menjadi menjadi habitat buaya.

Editor: Ilham Mulyawan
samsul Bachri/Tribun-Sulbar.com
Buaya-buaya yang berada di penangkaran Desa Babana Kecamatan Budong-Budong, Mamuju Tengah. Puluhan buaya ini ada hasil evakuasi dari berbagai wilayah di Mamuju Tengah, Kamis (22/12/2022). 


TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU TENGAH - Data Badan Penggulangan Bencana Daerah (BPBD) Mamuju Tengah, mulai 2020 hingga Mei 2023, sebanyak tujuh kasus warga diserang buaya terjadi.

Dari tujuh korban, lima orang meninggal dunia sementara dua lainnya luka ringan.

Tak dapat dipungkiri, kemunculan buaya di beberapa wilayah perairan Kabupaten Mamuju Tengah, masih menjadi momok menakutkan.

Baca juga: Warga Pasangkayu Dimakan Buaya, Diseret 500 Meter, Ditemukan Luka di Paha

Baca juga: FAKTA Warga di Pasangkayu Tewas Usai Diterkam Buaya, Ditemukan 500 Meter dari Titik Awal Ada Luka

"Lebih dari 40 persen wilayah perairan di Mamuju Tengah menjadi habitat buaya.

"Mulai di sepanjang Sungai Barakkang, Sungai Budong-Budong-Budong dan Sungai Karossa hingga ke pesisir pantai," ujar Kepala Bidang Kedaruraan dan Logistik BPBD Mamuju Tengah, Mustalib.

Dia menyebut Daerah Aliran Sungai (DAS) di Mamuju Tengah memang semua menjadi menjadi habitat buaya.

Baru-baru ini, warga Desa Kayucalla Kecamatan Karossa, Mamuju Tengah diresahkan kemunculan buaya hitam berukuran dua meter.

Reptil ini muncul di parit kebun sawit milik warga, Rabu (24/5/2023).

Warga mengaku resah dan khawatir buaya tersebut masuk ke areal kebun dan membahayakan petani sawit.

Salah satunya I Putu Gede Permana, pemilik kebun sawit yang berada dilokasi munculnya buaya.

"Tadi pagi saya ke kebun, tiba-tiba lihat itu buaya berada di parit, ukurannya sekira 2 meter pak," kata I Putu saat dihubungi via telepon, Rabu (24/5/2023).

Ia mengaku khawatir sewaktu-waktu dapat dapat membahayakan dirinya dan petani sawit lainnya.

"Khawatir pak, apalagi kami sering ke kebun, biasa cuci kaki dan tangan di parit itu, " ujar saat dikonfirmasi via telepon, Rabu (24/5/2023).

Bahkan kata I Gede, petani sawit lainnya juga kerap melihat buaya diparit tersebut dengan ukuran lebih besar.

"Bukan kali ini pak, petani sawit lainnya juga kadang liat, bahkan lebih besar dari yang saya liat, " terangnya.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved