Pemkab Mamuju

Pemkab Mamuju Lanjutkan Relokasi, Pedagang Buah Pasrah

jumlah pedagang buah dan campuran menurut data Disdag Mamuju ada sekira 40-80 pedagang.

Penulis: Zuhaji | Editor: Munawwarah Ahmad
Tribun Sulbar / Zuhaji
Koordinator Pedagang Pasar, Heru Purnomo saat ditemui Tribun-Sulbar.com, Pasar Baru Mamuju, Jl Andi Makkasau, Kelurahan Karema, Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar), Kamis (27/4/2023). 

TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU - Dinas Perdagangan (Disdag) Mamuju berencana melanjutkan relokasi pedagang buah dan campuran di sekitar area gedung pusat oleh-oleh regional Sulawesi Barat (Sulbar).

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Bidang (Kabid) Penguatan Distribusi Perdagangan Disdag Mamuju, Imam Kholil saat ditemui di kantornya Jl Jend Sudirman, Kelurahan Karema, Mamuju, Sulbar, Kamis (27/4/2023).

"Hasil kesepakatan terakhir pada 14 Maret 2023 lalu, berdasarkan berita acara dan hasil kegiatan," ungkapnya.

Kata dia, relokasi itu akan dilakukan pada Senin, 15 Mei 2023 mendatang.

Dari keterangannya, pedagang bersedia untuk relokasi mandiri.

"Mereka akan membongkar dan membangun lapaknya kembali sendiri," sebut Kholil.

Lanjutnya, jumlah pedagang buah dan campuran menurut data Disdag Mamuju ada sekira 40-80 pedagang.

"Nama-nama yang tidak diketahui, bahkan oleh pedagang tidak akan kami masukkan," jelasnya.

"Hanya pedagang yang sudah ada di situ," tegas Kholil.

Menanggapi itu, Koordinator Pedagang Pasar, Heru Purnomo menegaskan terpaksa menyepakati hasil pertemuan sebab dalam keadaan tertekan.

"Saat ini saya dalam kondisi terpakss, jika tidak saya sepakati maka akan dibongkar sebelum tanggal 15 Mei," kata Heru saat ditemui Tribun-Sulbar.com, Pasar Baru Mamuju, Jl Andi Makkasau, Kelurahan Karema, Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar), Kamis (27/4/2023).

"Tidak lain untuk para pedagang yang mencari rejeki di bulan suci Ramadhan," tambahnya.

Menurutnya, benar jika pedagang akan melakukan relokasi secara mandiri namun apa yang harus dilakukan jika tidak memiliki biaya.

Ongkos membangun tidak sedikit, kata Heru bisa saja dengan ukuran lahan 2x3 meter pedagang membangun lapaknya senilai Rp1 juta di luar ongkos bahan material.

"Untuk lapak saat ini, pedagang sudah tinggali dua sampai tiga tahun terakhir dan itu tidak mudah," tegasnya.

Selama itu juga pedagang hanya mendapatkan keuntungan untuk kehidupan sehari-hari.

"Kami menggantungkan hidup dengan berdagang, keuntungan kami tidak sebanyak yang dibayangkan," singkat Heru. (*)

Laporan Wartawan Tribunsulbar.com Zuhaji

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved