Masa Depan Kemanusiaan

Oleh: Nur Salim Ismail

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir mengungkap tiga masalah besar kemanusiaan pada masa depan.

Pertama, yaitu konsep manfaat pada sesama manusia.

Ketika kehidupan modern dikuasasi oleh mentalitas invidual, hendak menang sendiri, dan tak lagi menimbang aspek kepedulian terhadap sesama, telah menjadi pertanda problem kemanusiaan kita sedang mengalami sakit yang sungguh akut.

Obsesi menjadi manusia bermanfaat semakin terkikis oleh dominasi berpikir viralitas dan ambisi elektoral.

Dua hal ini pada akhirnya menjebak manusia dalam penjara-penjara sosial.

Ia kehilangan empati, ia jatuh dalam jebakan dan ikatan sosial.

Kedua, kesadaran kepemimpinan.

Menjadi pemimpin hari ini pun bukan merupakan ihwal yang menggembirakan.

Sebab untuk mengemban amanah suci, seringkali dihadang oleh pola politik yang semakin kotor dan mengecewakan.

Partai politik yang diharapkan dapat melahirkan figur-figur pemimpin masa depan juga sedang mengalami stagnasi.

Kecederungan menjadikan partai hanya sebatas hak pakai dalam masa-masa pemilu.

Selebihnya Partai seringkali diabaikan. Bukan oleh rakyat secara umum. Bahkan fungsionarisnya sekalipun.

Kesadaran kepimpimpinan ini menunjukkan adanya kerinduan tentang hadirnya figur pemimpin sekaligus negarawan sejati. Yaitu mereka yang memang sejak awal bertekad bulat menjadikan kepemimpinan sebagai anak tangga mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Bangsa ini sedang merindukan figur negarawan lahir batin. Secara lahir menunjukkan gesture yang layak jual.
Sementara secara batin, memang bukan dari hasil pabrikasi Industri Politik Pencitraan.