Kolom

Kehampaan Pidato

Mulai dari jenis orasi ilmiah, kampanye partai politik, khotbah menebar pesan Tuhan di atas mimbar, presenter, moderator maupun yang sejenisnya.

Editor: Nurhadi Hasbi
dok pribadi
Nur Salim Ismail, Cendikiawan Muda Sulbar dan Ketua LDNU Sulbar 

Sebuah pidato yang berbobot juga ditandai dengan menjaga kefasihan.

Tebal dan tipisnya sebuah pelafalan sangat menentukan kesan di benak audiens.

Jika seorang politisi, ia mampu menjelaskan betapa pentingnya sentuhan politik dalam menata masa depan bangsa.

Ia mampu meyakinkan bahwa politik bukanlah jalan sepi yang menjauh dari hasrat menemukan sorga.

Jika seorang pejabat di lingkup birokrasi, ia mampu memaparkan hakikat pembangunan dengan baik.
Pijakannya pada undang-undang, keputusan, surat edaran hingga petunjuk teknis (juknis).

Kefasihannya tercermin dari kemampuan mengelaborasi pesan dalam pidatonya dengan meyakinkan bahwa kehadiran pemerintah itu sangatlah penting.

Bukan justeru memberi kesan hanya tampil sebagai penghafal aturan.

Seorang Khatib atau penceramah mampu melafadzkan teks-teks agama dengan baik dan benar.

Bacaan yang tertuang dari Kitab suci al Quran misalnya, tak sekadar dijelaskan dengan piawai.

Namun juga dituturkan dengan tidak menodai kaedah ilmu tajwid.

Ringkasnya, kefasihan ditandai dengan ketepatan dan kejelasan.

Agar tidak keliru dalam menyampaikan pesan di tengah sorotan ratusan bahkan ribuan sorotan mata, maka mutlak bagi siapapun untuk tampil dalam suasana prima.

Caranya? Kenali, susun dan hafal.

Kenali siapa yang menjadi audiens anda. Kenali dimana anda berada.

Lalu susunlah rangkaian pidato dengan tepat. Mulai dari pengantar, isi hingga penutup.

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

Masihkah Pancasila Sakti?

 

LUKA DI BUMI, SUARA DARI RERUNTUHAN

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved