Kolom
Kerinduan Primordial
Manusia, dengan segala misteri yang dilalui dan dihadapinya, kerapkali memendam ambisi besar untuk meraih segala yang dicita-citakannya.
Oleh: Nur Salim Ismail
Ketua LDNU Sulawesi Barat
Manusia, dengan segala misteri yang dilalui dan dihadapinya, kerapkali memendam ambisi besar untuk meraih segala yang dicita-citakannya.
Ia habiskan waktunya untuk menghitung segala rencana masa depan.
Pertimbangan-pertimbangan yang melintasi alam berpikirnya, seluruhnya dikerucutkan pada target pencapaian masa depan, dengan segala alat ukur kesukesan, yang menurutnya bakal mendulang kebahagiaan.
Namun pandangan itu tak sepenuhnya berjalan mulus. Gelombang ujian datang silih berganti.
Kebahagiaan yang hendak diraih dengan jembatan kesuksesan ternyata hanya berujung ilusi semata.
Seluruh gugusan rencana kerja kacau balau. Bahkan ambruk seketika.
Sebab-musababnya bermacam-macam. Ada yang karena terlelan oleh zona nyaman yang dilalui selama ini.
Ada pula yang mengandalkan kemapanan sosial dan ekonomi, lalu tergulung oleh perubahan dan kemajuan zaman.
Mungkin mereka lupa, bahwa tak ada pesta yang tak berakhir.
Sebagaimana halnya tak ada riwayat hidup setiap insan yang sepenuhnya berjalan mulus tanpa hambatan.
Dalam suasana turbulensi itulah, ke-khas-an manusia muncul.
Dalam keterpurukan, kehadiran Tuhan terasa amat dekat.
Dalam segala dimensi kekuatannya yang terasa tandus, tersirat bisikan Nurani untuk menemukan kehidupan otentik.
Sebuah kehidupan yang mengantar pada dimensi ilahiyah.
Itulah yang disebut dengan kerinduan primordial.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.