Burung Maleo Terancam Punah, Habitatnya Diganggu Manusia, Mana Peran Pemerintah?
Saat tidak betelur atau mencari makan, Maleo berlindung di atas pohon yang jadi tempat favorit baginya untuk berteduh.
Penulis: Zuhaji | Editor: Ilham Mulyawan
TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU - Burung Maleo atau Macrocephalon Maleo merupakan salah satu satwa endemik Sulawesi yang hampir punah.
Banyak yang tidak mengetahui jika ancaman bagi burung endemik ini sudah makin besar.
Maleo tersebar di Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara.
"Ada juga di Sulawesi Barat, hanya datanya sedikit," ujar Muhammad Ridwan Alimuddin, seorang Pemerhati Lingkungan yang meneliti tentang Maleo, Selasa (2/8/2022).
Lucunya, belakang ini Burung Maleo kerap dijadikan maskot dalam sebuah hajatan oleh pemerintah.

Namun, fakta di lapangan, habitat burung cantik tersebut sudah tidak ada lagi.
"Sudah sangat sulit untuk dijumpai. Apalagi, Maleo itu burung yang pemalu," kata dia.
Burung pejalan kaki ini, dulunya sering datang dan bertelur di pantai.
Maleo menyukai pasir maupun tanah gembur agar telur-telur yang menetas setelah melewati masa inkubasi dapat keluar dengan mudah dari sarangnya.
Saat tidak betelur atau mencari makan, Maleo berlindung di atas pohon yang jadi tempat favorit baginya untuk berteduh.
"Yang dekat dengan panas bumi atau geothermal," jelas Ridwan.
Banyaknya bangunan dan Fasilitas Umum (Fasum), seperti jalanan dan gedung-gedung yang didirikan di bibir pantai, memaksa Maleo masuk ke dalam hutan.
Tidak hanya, habitat dan ladang peneluran yang hilang.
Perburuan Maleo dan telurnya menjadi alasan lain berkurangnya populasi unggas ini.
Sekecil apapun ancamannya, dapat dipastikan Maleo akan kesulitan untuk berkembang biak. Perburuan burung dan telur Maleo, sangat mempengaruhi keberlangsungan hidup satwa tersebut.