HUT ke 17 Sulbar
Serikat Petani Perempuan Sendana Harap Subsidi Bibit dan Pupuk Tepat Sasaran
"Kemarin ada bantuan bibit kedelai. Tapi petani tidak tahu mau apakan. Tidak ada penyuluhan sebelumnya," terangnya.
Penulis: Nasiha | Editor: Hasrul Rusdi
TRIBUN-SULBAR.COM, MAJENE - Moment HUT ke 17 Sulbar, petani berharap agar pemerintah mengevaluasi pengembangan sektor pertanian di Sulawesi Barat (Sulbar).
Anggota Serikat Petani Perempuan Sendana (SPPS) Majene, Mutma Vallejo mengatakan, pemerintah harus terjun langsung ke lapangan untuk mengetahui masalah-masalah petani.
Utamanya dalam penyaluran subsidi pupuk dan bibit.
"Survey dulu tiap daerah yang mau disubsidi pupuk dan bibit biar tepat sasaran. Biar anggaran yang dikeluarkan untuk subsidi pupuk dan bibit jelas," ujar Mutma, Selasa (21/9/2021).
Baca juga: Perjalanan Hasri Jack Bangun Bisnis di Mamuju, Dihantam Covid-19 dan Gempa Bumi

Mutma menilai, pemerintah kerap memberi subsidi bibit ke petani. Namun, bibit tersebut tak tahu mau diapakan oleh petani.
Sebab kondisi lahan tak mendukung dan kurangnya penyuluhan.
"Kemarin ada bantuan bibit kedelai. Tapi petani tidak tahu mau apakan. Tidak ada penyuluhan sebelumnya," terangnya.
Ia mengaku, beberapa petani kerap meminjam modal di bank untuk bisa bertani dan memperbaiki sistem irigasi.
Baca juga: Sempat Longsor, Akses Jalan di Lombona Tubo Tengah Majene Kembali Normal
Baca juga: Update Covid-19 Majene Selasa 21 September 2021: Positif 2 dan 6 Sembuh
Bahkan, petani kerap rugi karena tak ada standar harga yang pasti untuk hasil tani mereka.
Apalagi, khusus di Kecamatan Sendana banyak petani yang menanam jenis hortikultura atau tanaman mudah rusak.
Contohnya sayur-mayur. "Tomat, cabai, bawang itu kan cepat busuk jadi kalau tidak terjual cepat bisa rugi," katanya.

"Kurangnya pasar, modal, saluran irigasi, menyebabkan alih fungsi bahkan alih kepemilikan lahan terjadi pada petani," lanjutnya.
Tak sedikit petani yang harus menjual lahannya untuk membayar utang modal.
Untuk bertahan hidup, para petani harus mengejar musim.
"Kalau mau tahun baru, petani sudah tanam jagung Oktober untuk dijual akhir Desember," tukasnya.
Ia berharap, Sulbar memasuki usia ke-17 tahun, pemerintah lebih memikirkan kesejahteraan petani-petani kecil. (*)
Laporan Wartawan Tribun-Sulbar.com, Misbah Sabaruddin