Polman

Tak Punya Beras untuk di Masak, Siswa SD di Polman Berbagi MBG dengan Ibu dan Adiknya di Rumah

Bukan untuk dirinya sendiri, aksi mulia Aziza ini dilakukan demi sang ibu dan adiknya masih berusia tiga tahun.

|
Editor: Abd Rahman
Tribun-Sulbar.com/Fahrun Ramli
SISWI KURANG MAMPU - Nur Aziza (5), siswi SDN 021 Bunga-Bunga, Polman, yang rutin membawa pulang makanan bergizi gratis (MBG) untuk ibu dan adiknya. 
Ringkasan Berita:
  • Nur Aziza (5), siswi kelas 1 SDN 021 Bunga-Bunga, hidup dalam kondisi ekonomi sulit bersama ibu (Ratna, 38) dan adiknya (Mutiara, 3) setelah kedua orang tuanya bercerai.
  • Nur Aziza diketahui kerap membawa pulang porsi Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang didapatnya di sekolah
  • ihak sekolah, melalui Kepala Sekolah Muhajar, mengonfirmasi bahwa Aziza adalah siswi kurang mampu yang sangat rajin, meskipun cenderung minder.

 

 

TRIBUN-SULBAR.COM, POLMAN - Kisah seorang siswi Sekolah Dasar (SD) di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat (Sulbar) sangat menyedihkan.

Ia adalah Nur Aziza (5), siswa kelas satu SDN 021 Bunga-Bunga, Desa Bunga-Bunga, Kecamatan Matakali, ini diketahui selalu membawa pulang porsi Makanan Bergizi Gratis (MBG) dari sekolahnya.

Bukan untuk dirinya sendiri, aksi mulia Aziza ini dilakukan demi sang ibu dan adiknya masih berusia tiga tahun.

Baca juga: Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 12 Halaman 250: Latihan 2 Cerpen Seragam

Baca juga: Hadiri Olahraga Bersama, Kakanwil Kemenkum Sulbar Ikut Meriahkan HUT Lanal Mamuju ke-8

Aziza tinggal di rumah sederhana bersama adiknya, Mutiara (3), dan ibunya, Ratna (38). 

Sejak kedua orang tuanya berpisah, Nur Aziza harus hidup dalam keterbatasan ekonomi.

Ibunya, Ratna, bekerja serabutan sebagai penjual sapu lidi.

Ratna mengaku, seringkali harus kehabisan beras untuk makan sehari-hari. Kondisi inilah yang membuat Aziza berinisiatif membawa pulang MBG dari sekolah.

"Iye, anak saya Aziza sering bawa pulang MBG untuk kita makan di rumah. Kadang juga dibungkuskan sama gurunya kalau ada sisa," tutur Ratna saat ditemui di kediamannya, Jumat (31/10/2025).

Ratna bercerita, demi mencukupi kebutuhan hidup dua anaknya, ia harus mencari daun kelapa kering setiap hari untuk dibuat sapu lidi.

Satu ikat sapu lidi hanya dijual seharga Rp2 ribu. 

Ia bersyukur, selama ini sudah sering mendapat bantuan, baik dari pemerintah desa maupun dari para tetangganya.(*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved