Kisah Inspiratif

Cerita Abdi dan Azhari Nekat Naik Motor dari Mamuju ke Sumba NTT, Berawal Rasa Penasaran

Abdi Latief dan Azhari ke NTT memenuhi undangan teman mereka, untuk ikut mengabadikan momentum sakral pemakaman raja Pau Umbu Nggiku

|
Editor: Ilham Mulyawan
Azhari for Tribun Sulbar
Turing ke NTT - Azhari dan Abdi Latief, dua pemuda asal Mamuju Sulawesi barat turing naik motor dari Mamuju ke NTT untuk meliput giat pemakaman Raja. Keduanya berangkat dari Mamuju 20 Oktober 
Ringkasan Berita:Kisah Perjalanan Abdi Latief dan Azhari
1. Identitas Pelaku Perjalanan: Abdi Latief dan Azhari (Ari), dua anak muda asal Mamuju, Sulawesi Barat.
2. Tujuan: Menghadiri dan mengabadikan momentum pemakaman Raja Pau Umbu Nggiku.
3. Motivasi: Rasa penasaran, undangan teman, dan dianggap sebagai perjalanan yang "asyik, murah meriah".
4. Moda Transportasi: Sepeda motor jenis matik berwarna hitam.
5. Tanggal Keberangkatan: 20 Oktober 2025 dari Mamuju.

 

TRIBUN-SULBAR.COM - Raja Pau Umbu Nggiku, pewaris Kerajaan Pau di Umabara, Pau, Kecamatan Umalulu, Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) telah dimakamkan secara adat Marapu pada Jumat (31/10/2025).

Raja Pau Umbu Nggiku diketahui telah berpulang pada tahun 2021. 

Namun puncak prosesi adat pemakamannya dilaksanakan tahun ini sesuai tradisi dan tata cara adat Marapu.

Warga memadati area prosesi pemakaman raja.

Tak hanya warga setempat saja, namun warga luar NTT pun turut menyaksikan prosesi pemakaman tersebut.

Baca juga: Atlet Taekwondo Manakarra Academy Saling Berhadapan di Popnas 2025 Jakarta

Baca juga: Tiga Shio Hari Ini Cuan dan Panen Rezeki, Tikus, Naga dan Kelinci Happy

Termasuk dua anak muda asal Mamuju, Sulawesi Barat.

Keduanya Abdi Latief dan Azhari.

Mereka berada di sana dalam rangka memenuhi undangan teman mereka, untuk ikut mengabadikan momentum sakral. 

Uniknya, Abdi dan Azhari ke kampung Umabara tidak menggunakan pesawat, melainkan sepeda motor jenis matik berwarna hitam.

Fotografer terkenal, Arbain Rambey bahkan mengabadikan gambar keduanya sedang menaiki sepeda motor tersebut, kemudian mengunggahnya di akun Instagram miliknya @arbainrambey yang mempunyai followers 134 ribu.

Kepada tribun, Abdi bercerita awal mula ia dan Azhari 'nekat' naik motor dari Mamuju menuju NTT.

"Semua itu berawal dari rasa penasaran saja," kata Abdi, Senin (3/11/2025) malam.

Rasa penasaran itu ia ungkapkan begitu saja kepada rekannya Azhari.

Bak gayung bersambut, Ari - sapaan akrab Azhari juga menyambut baik usulan Abdi.

"Rasanya asyik, murah meriah pula," terangnya.

Sehingga, kedua pria ini meninggalkan Mamuju mulai 20 Oktober 2025.

Tujuan mereka, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Mereka ke daerah yang terkenal dengan wisata pantainya itu untuk menyeberang pakai kapal ke Pelabuhan Labuan Bajo, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Selama 12 jam waktu temph perjalanan darat Abdi dan Ari dari Mamuju ke Bulukumba.

Capek sudah pasti, namun semua itu terbayarkan pengalaman tak terlupakan menyusuri perjalanan darat limtas provinsi dari Sulawesi Barat ke Sulawesi Selatan.

"Kami berangkat dari Mamuju pagi dan tiba di Bulukumba jam 9 malam," kata Abdi.

Dua malam mereka berada di laut menuju Aimere, NTT.

Tanggal 22 Oktober keduanya tiba. 

Kemudian lanjut lagi perjalanan darat naik motor selama enam jam ke Pelabuhan Waingapu, NTT dengan tujuan Sumba Timur.

"Rasanya seru sekali, rasa capek ada tapi itu normal," katanya.

Keduanya bersyukur tiba tepat waktu, sebab rangkaian pemakaman sang raja dimulai 25 hingga 31 Oktober.

Tak banyak barang dibawa, hanya dua ransel dan dua tas kecil menemani perjalanan.

Bagaimana ongkos perjalanan?

Abdi menyebut murah dan bersahabat di kantong.

Biaya tiket dari Bira, Bulukumba menuju Labuan Bajo Rp420 ribu untuk dua tiket termasuk motor.

Lalu dari Aimere ke Waingapu Rp400 ribu saja.

"Total Rp1,5 juta sudah termasuk makan minum dan bahan bakar," kata pria yang gemar berpetualang ini.

Di tempat upacara adat, selain keluarga dan warga setempat, dihadiri juga kelompok suku lain. 

Sebagian besarnya mengenakan kain tenun khas Sumba Timur.

Selain keluarga besar Kerajaan Pau dari berbagai wilayah di Pulau Sumba, hadir juga tamu undangan dari Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, dan dari luar negeri. 

Mereka tergabung dalam delapan rombongan. Masing-masing terdiri dari 12 hingga 14 orang. (*)

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved