Mamuju

Curhat Pengemudi Kapal Taksi Karampuang Mamuju Sulit Dapat BBM Subsidi di SPBU, Terpaksa Beli Eceran

Setiap hari, ia hanya bisa mengantongi Rp100 ribu hingga Rp300 ribu tergantung jumlah penumpang.

Penulis: Suandi | Editor: Abd Rahman
SUANDI
SOLAR - Pengemudi Kapal Taksi membawa penumpang ke pulau Karampuang, Mamuju, melalui TPI Mamuju, Rabu (8/10/2025). Sulitnya mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, kini juga dirasakan para nahkoda kapal taksi yang melayani rute penyeberangan ke Pulau Karampuang. 

TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU - Sulitnya mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, kini juga dirasakan para nahkoda kapal taksi yang melayani rute penyeberangan ke Pulau Karampuang.

Ansar (35), seorang nahkoda kapal, mengaku kesulitan mendapatkan solar bersubsidi di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). 

Akibatnya, ia terpaksa membeli dari pengecer dengan harga jauh lebih mahal.

Baca juga: Dzikir Pagi, Doa Singkat Rasulullah SAW Agar Dijauhkan dari Kemalasan dan Dibukakan Pintu Rezeki

Baca juga: Jelang Akhir Tahun, Bapperida Tancap Gas, Kinerja Keuangan Triwulan III Sudah di Angka 66,56 Persen

“Kalau di SPBU Rp6.800 per liter, di pengecer saya beli Rp10 ribu per liter,” ujar Ansar saat ditemui di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Mamuju, Jalan Yos Sudarso, Kelurahan Binanga, Kecamatan Mamuju, Rabu (8/10/2025).

Ia menuturkan, dalam sekali berlayar, kapal miliknya membutuhkan sekitar 10 liter solar. 

Itu berarti, ia harus mengeluarkan biaya sekitar Rp100 ribu. 

“Kalau mau ke SPBU, antreannya panjang. Bisa habis waktu kerja. Jadi, terpaksa beli di pengecer biar tetap bisa jalan,” kata Ansar.

Ansar telah menggeluti profesi sebagai nahkoda kapal taksi selama 20 tahun. 

Kapalnya menjadi salah satu moda transportasi utama bagi warga Pulau Karampuang yang ingin menyeberang ke daratan Mamuju.

Namun, dengan harga solar yang tinggi, penghasilannya kini semakin menipis. 

Setiap hari, ia hanya bisa mengantongi Rp100 ribu hingga Rp300 ribu tergantung jumlah penumpang.

Untuk tarif, ia membedakan antara penumpang lokal dan wisatawan. 

Warga asli Pulau Karampuang dikenakan biaya Rp20 ribu per orang, sementara bagi pengunjung yang berlibur tarifnya Rp30 ribu.

“Sekarang makin susah, harga BBM mahal, penumpang juga kadang sepi,” ujarnya.

Ansar berharap pemerintah dapat memastikan pasokan solar di Mamuju kembali lancar agar aktivitas pelayaran masyarakat tidak terganggu.

“Kalau solar langka begini terus, kami yang kerja di laut paling kena dampaknya,” tuturnya.(*)

Laporan Wartawan Tribun-Sulbar.com, Suandi

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved