Universitas Sulawesi Barat

Pemberdayaan Manarang Unsulbar Edukasi 1000 HPK untuk Mencegah Stunting di Desa Pamboborang

Stunting di daerah ini mencatat angka sebesar 24,7 persen pada tahun 2025, jauh di atas ambang batas nasional.

|
Editor: Nurhadi Hasbi
Istimewa
STUNTING - Tim pengabdian masyarakat dari Universitas Sulawesi Barat menggagas program Pemberdayaan Manarang (Mama Terampil Cegah Stunting). Pemberdayaan Manarang berfokus pada edukasi 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) untuk mencegah stunting secara berkelanjutan. 

TRIBUN-SULBAR.COM, MAJENE - Stunting masih menjadi tantangan serius di berbagai pelosok Indonesia. Salah satunya di Desa Pamboborang, Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat.

Stunting di daerah ini mencatat angka sebesar 24,7 persen pada tahun 2025, jauh di atas ambang batas nasional.

Melihat kondisi ini, tim pengabdian masyarakat dari Universitas Sulawesi Barat menggagas program Pemberdayaan Manarang (Mama Terampil Cegah Stunting).

Baca juga: 60 Desa di Sulbar Jadi Target Penanganan Kemiskinan dan Stunting pada 2026

Pemberdayaan Manarang berfokus pada edukasi 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) untuk mencegah stunting secara berkelanjutan.

Ketua Tim Eva Yuliani menjelaskan, stunting merupakan kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis, terutama terjadi dalam periode 1000 HPK, sejak kehamilan hingga anak berusia dua tahun. 

Dalam periode inilah, kata dia, kebutuhan gizi, pola asuh, dan sanitasi menjadi faktor penentu utama tumbuh kembang anak.

Sayangnya, sebagian besar ibu di Desa Pamboborang masih belum memahami pentingnya pemenuhan gizi selama masa ini.

“Banyak ibu belum tahu bahwa cara menyusui, waktu pemberian MPASI, dan kandungan gizinya sangat menentukan masa depan anak,” ujar Eva dalam rilisnya diterima Tribun-Sulbar.com.

Lanjut Eva, Program Manarang ini dirancang sebagai intervensi holistik berbasis pemberdayaan masyarakat.

Edukasi gizi 1000 HPK diberikan kepada 35 peserta terdiri dari ibu hamil, menyusui, dan ibu balita melalui rangkaian kegiatan selama empat hari, antara tanggal 12–15 Juni 2025.

Kegiatan terdiri dari seminar edukasi, workshop pembuatan MPASI, konseling gizi individual, dan kampanye door-to-door.

"Jadi ini adalah pengabdian Hilirisasi dari hasil penelitian sebelumnya," ujarnya.

Edukasi 1000 HPK

Pada hari pertama, peserta mendapatkan materi dasar mengenai pentingnya gizi selama kehamilan, ASI eksklusif, dan prinsip MPASI.

Edukasi disampaikan melalui presentasi, diskusi kelompok, dan media visual seperti leaflet dan video.

Workshop MPASI Bergizi

Hari kedua diisi dengan pelatihan pembuatan MPASI menggunakan bahan pangan lokal seperti sayur, ikan, dan telur. 

Para ibu dilatih untuk menyusun menu bergizi sesuai tahapan usia anak dan belajar teknik pemberian makan yang responsif.

Konseling Gizi Individual

Peserta mendapatkan pendampingan personal dari tenaga kesehatan untuk menyusun menu harian, membaca grafik pertumbuhan anak, serta edukasi kebersihan lingkungan dan sanitasi rumah tangga.

Kampanye Kesadaran & Pembentukan "Mama Terampil"

Hari terakhir ditutup dengan kampanye kesadaran stunting secara door-to-door yang melibatkan ibu-ibu peserta program. 

Kelompok "Mama Terampil" resmi dibentuk sebagai agen perubahan di tingkat RT.

Inovasi Modul Cetak & Digital: Pembelajaran Aksesibel

Salah satu keunggulan program ini adalah penggunaan modul pembelajaran hybrid. 

Modul cetak berukuran saku dilengkapi QR code yang terhubung ke versi digital, memungkinkan ibu-ibu mengakses informasi gizi dari gawai mereka.

Desain infografis dan ilustrasi yang menarik mempermudah pemahaman materi.

Hasil Positif: Pengetahuan Ibu Meningkat Signifikan

Dari hasil pre-test dan post-test yang dilakukan kepada 35 peserta, terdapat peningkatan signifikan dalam pengetahuan ibu tentang 1000 HPK:

Tingkat Pengetahuan Pre-Test     Post-Test

Baik    9       21
Cukup    10       10
Kurang    16        4

Nilai rata-rata pre-test sebesar 6,90 meningkat menjadi 7,82 setelah kegiatan berlangsung.

Tak satu pun peserta mengalami penurunan kategori pengetahuan.

“Setelah ikut kegiatan ini, saya jadi lebih paham bagaimana membuat MPASI yang bergizi dan murah. Anak saya juga mulai lebih lahap makan,” ungkap salah satu peserta.

Pemberdayaan yang Berkelanjutan

Keberhasilan program Manarang tidak berhenti pada pelatihan. Pembentukan kelompok "Mama Terampil" menjadi langkah strategis untuk menjaga kesinambungan edukasi dan praktik di tingkat keluarga. 

Pertemuan bulanan, pelatihan kader lokal, serta integrasi dalam program desa (seperti PKK dan Posyandu) menjadi landasan keberlanjutan program.

Pemerintah desa, kader kesehatan, dan Puskesmas turut mendukung program ini dengan menyediakan data sasaran, lokasi kegiatan, hingga monitoring lanjutan.

Model Replikasi Nasional

Dengan pendekatan edukatif, praktis, dan berbasis komunitas, Program Manarang di Desa Pamboborang menjadi contoh praktik baik yang dapat direplikasi di wilayah lain dengan karakteristik serupa.

Model ini mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) ke-3: Kehidupan Sehat dan Sejahtera, khususnya bagi ibu dan anak di wilayah pedesaan.

Mama Terampil, Anak Tumbuh Optimal

Pemberdayaan perempuan sebagai pilar keluarga melalui edukasi 1000 HPK terbukti menjadi langkah strategis dalam memutus rantai stunting.

Program “Manarang” tidak hanya menciptakan perubahan pengetahuan, tetapi juga membentuk perilaku baru yang berdampak langsung pada kesehatan generasi mendatang.

Jika satu desa bisa melahirkan puluhan "Mama Terampil", maka masa depan anak-anak Indonesia akan lebih sehat, lebih cerdas, dan lebih kuat.(*)

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved