Itu kalau, tadi diceritakan tes di tingkat kabupaten, provinsi, kemudian sebelum naik ke nasional.
Ada enggak kira-kira itu perbedaan atmosfer ketegangan, mental ya?
Kalau kita seleksi di kabupaten ya oke lah, tapi ini mulai naik provinsi nih, kemudian naik ke nasional.
Ada grogi yang dirasakan pada saat mengikuti tes?
Hilton : Tentunya, adrenalin kita kayak, aduh, provinsi nih, aduh.
Harus kita, harus bisa ini, harus bisa. Masa tidak bisa, terus naik ke pusat lagi.
Tapi waktu saya naik ke pusat, saya sempat berpikir, aduh, ini saingan saya ini berat.
Tapi saya sempat berpikir lagi, aduh, masa saya gagal sebelum mencoba.
Ya, saya di situ malamnya, pas mau seleksi, saya sempat berdoa di situ, aduh, Tuhan berikan saya jalan.
Pas saya pulang ke sini baru ada pengumuman. saya dinyatakan lolos, aduh, saya senang sekali pokoknya. Gak bisa berkata-kata.
Host : Terus bagaimana respon kedua orang tuh pada saat kamu dinyatakan lolos nih, di tingkat nasional?
Hilton : Tentunya, pastinya bangga, senang, dan terharu.
Host : Kamu sempat menangis gak?
Waktu nama kamu lolos nih, Hilton Pratama Mantau sebagai anggota Paskibra Nasional nih.
Hilton: Sempat nangis Iya, karena terharu, tercampur bangga juga, bisa terpilih seleksi paskibraka.
Host : Nah, ini kita masih soal-soal tadi tes-tes.
Itu waktu kamu tes wawasan kebangsaan itu, kamu sempat pelajar-pelajar gak itu atau bagaimana? Atau sempat ngapal juga gitu?
Hilton : Iya, sempat belajar.
Host : Apa saja yang kamu pelajari tuh? (2:56)
Hilton: Tentang sejarah Paskibraka, tentang sejarah Pancasila, tentang itu.
Termasuk lima sila juga yang dan empat pilar.
Host : Itu belajarnya berapa lama tuh sebelum kamu mulai tes itu?
Hilton : semenjak saya mengikuti Paskibra di sekolah, itu sudah mulai digenjot belajar-belajar
Dari senior sama pembimbingan juga di sekolah.
Host : saat itu kamu sudah bisa formasi baris-baris atau masih belum bisa pada saat kamu dipanggil untuk seleksi Kabupaten Provinsi itu?
Hilton : Saya waktu mengikuti di sekolah itu saya tidak tahu PBB sebenarnya.
Saya masuk di kelas 1 SMA itu saya baru tahu namanya Paskibra
Host : selama ini mungkin cuma di SMP lihatnya di televisi ya?
Hilton : Saya masuk di SMA, saya tidak tahu pertama gerak jalan.
Terus saya diyakinkan sama senior saya, postur kamu itu bagus. Kamu cocok itu.
Saya dilatih lalu dilatih, saya masuk Paskibra di sekolah.
Saya latihan, diajar sama kakak-kakak senior saya, pelatih saya, pembina saya di sekolah.
Nah, terus itu bulan 1 saya mengikuti seleksi tingkat Kabupaten.
Dari situ saya awal baru tahu namanya PBB.
Host : kamu pernah cerita kalau kamu latihan PBB di rumah.
Jadi, itu latihan mandiri dulu ya, sebelum di sekolah?
Hilton: Iya, saya coba latihan dasar-dasar PBB sendiri di rumah, seperti hadap kiri, hadap kanan, dan langkah-langkah maju. Setelah itu, baru dipermantap lagi di sekolah.
Host : Setelah lolos dan ditetapkan, kapan kamu berangkat ke Jakarta?
Hilton: Saya berangkat tanggal 14 Juli.
Host : Sesampainya di sana, langsung latihan fisik?
Hilton: Tidak. Saya tiba, lalu kami menjalani materi dulu selama satu minggu.
Host : Materi apa saja yang diberikan?
Hilton: Kami diberi materi oleh Lemhanas, terutama tentang wawasan kebangsaan.
Kami juga belajar sejarah Paskibraka, Pancasila, dan sejarah kemerdekaan Indonesia.
Host : Jadi, satu minggu penuh di kelas, baru setelah itu mulai latihan fisik?
Hilton: Latihan fisik dimulai tanggal 25 Juli.
Host : Bisa ceritakan bagaimana rutinitas latihan harian di sana?
Hilton: Kami harus sudah siap-siap dari jam 4 subuh. Kakak pembina, yang kami sebut Kakak Pamong, akan membangunkan kami.
Kalau ada yang susah bangun, mereka akan masuk ke kamar.
Setelah itu, persiapan sholat subuh untuk yang muslim, mandi, dan pemanasan jam 6 pagi.
Latihan dimulai jam 7 pagi.
Host : Apa yang dilatih pada hari pertama?
Hilton: Kami kembali latihan gerakan dasar PBB.
Tapi, saya sempat kaget karena ada perbedaan.
Di sini (Mamuju), kami diajari PBB dengan perpang (peraturan Panglima) yang lama.
Sementara di sana, menggunakan perpang baru, di mana kecepatan kaki dan tangan harus bersamaan naiknya.
Host : Butuh berapa lama untuk beradaptasi dengan perpang baru itu?
Hilton: Sekitar lima hari, dari tanggal 25 sampai 30 Juli, kami masih fokus latihan gerakan dasar PBB.
Host : Siapa yang melatih kalian?
Hilton: Kami dilatih oleh TNI/Polri dari Angkatan Darat, Udara, Laut, dan Kepolisian.
Host : Latihan dari pagi sampai sore. Apa ada istirahatnya?
Hilton: Latihan dimulai jam 7 pagi sampai jam 5 sore. Kami istirahat untuk snack pagi dan sore, serta istirahat sholat dan makan siang.
Malamnya, kami masih ada kegiatan, yaitu materi dari sekolah kedinasan seperti Akpol dan Akmil.
Host : Bagaimana perasaanmu di hari pertama latihan?
Hilton: Jujur, saya merasa sangat lelah, tapi hari-hari yang ditunggu itu adalah hari latihan.
Karena kalau materi, aduh, biasanya kita ngantuk, bosan.
Tapi saat dibilangin 25 Agustus kita sudah latihan, aduh, di situ kita senang banget.
Terus, pas kita latihan, semangat kita pokoknya enggak pernah putus.
Kita semangat, semangat, pokoknya kita di semangatin pelatih, kakak pembina, sama Dampas, Komandan Paskibraka.
Kita di semangatin terus. Pokoknya setiap kita melangkah, kita harus berdoa. Pokoknya harus kita semangat.
Host : Ada berapa sih di sana pembimbing pelatihnya?
Hilton : Pelatih ada delapan, kita dibagi 2 tim, tim A sama B.
Host : Oh, tim A dan tim B ya?
Hilton: Terus pelatih dibagi empat. satu tim ada 36 orang.
Host : Kemudian itu kamu rasa enggak, meskipun perbedaan atmosfernya hari pertama latihan di Jakarta sama latihan di sini itu beda banget?
Hilton : Iya, beda. Kayak itu tadi, tempo, temponya beda.
Host : Lebih cepat, lebih intens ya?
Hilton : Iya.
Host : Kemudian selama di sana, bila ada pelatih yang kesal atau marah-marah, sering dapat?
Hilton : Ya, itu luar biasa sih dari pelatih. Kita ada yang salah apa, pasti kembali ke tempat awal kita, DP sama EDP (Daerah Persiapan).
Kembali kita dari situ, pasti pelatih ada evaluasi, yang mana salah, itu yang diperbaiki.
Hilton : Seperti apa mungkin evaluasi atau marah-marahnya dalam tanda kutip pelatih di sana?
Bentak-bentak gitu enggak?
Hilton : Ya, pasti. Kita kayak ditegur. Hal wajar lah kalau ditegur secara kasar. Kan kita demi kebaikan kita juga.
Nah, terus kita ditegur. Kalau ada yang salah misalnya, palingan disuruh push-up.
Host : Disuruh push-up aja ya?
Hilton : Iya, push-up. Ambil jatah dulu," kata pelatih.
Host : Terus tadi sempat disinggung ada materi belajar malam, itu sampai jam berapa sih?
Kemudian setelah itu disuruh istirahat semua, enggak boleh ada yang jalan-jalan lagi. Itu gimana?
Hilton : Ya, kita selesaikan. Jam 7 kita makan, makan malam. Terus yang salat, sebagai muslim, salat.
Nah, terus selesai salat, jam 8 kita lanjut materi dari akpol, akmil.
Nah, sampai jam sembilan kita apel malam. Selesai apel malam itu kita dapat snack malam.
Kita kembali ke kamar. Maksimal kita istirahat itu jam sepuluh sudah tidur semua.
Host : Itu sudah wajib tidur semua?
Enggak boleh ada yang berkeliaran lagi ya?
Hilton : Iya, wajib. Iya.
Host : Itu kalau sudah jam begitu ada pelatih yang mengawasi gitu?
Hilton : Iya, ada.
Penanya: Jadi enggak boleh ada lagi yang berkeliaran? Sudah masuk semua ke kamar tidur?
Hilton : Iya, sudah masuk.
Host : Terus bagaimana selama di sana? Apakah Hilton dan teman-teman itu diperkenankan pegang gawai atau yang lain gitu?
Hilton: Kita awal datang itu tanggal 14, HP sudah diamankan. selesai penugasan baru dikasih.
Host : Selesai tanggal 17 Agustus kemarin baru diberikan?
Jadi selama itu enggak menggunakan HP sama sekali ya?
Hilton : Tidak.
Host : Alasannya apa sih? Kita mau tahu nih. Apa alasan dari pelatih?
Hilton : Katanya melatih kekompakan kita sama kebersamaan kita, sama kefokusan kita.
Host : Oke, jadi supaya tidak lari fokusnya, supaya konsentrasi penuh pada latihan sebelum bertugas tanggal 17 Agustus. Jangan sampai nanti main handphone, teralihkan lagi fokusnya gitu.
Tapi ada waktu enggak misalnya teman-teman Paskibraka waktu untuk komunikasi dengan keluarga di rumah atau gimana gitu?
Hilton: Tidak ada.
Host : Wow. Satu bulan kita tidak pegang handphone. Tapi sebelum handphonenya dalam tanda kutip disita itu, Hilton sempat komunikasi enggak sama keluarga? Sama ayah, ibu, sama saudara di rumah? "Ini saya mau disita nih handphone saya, jadi mungkin saya ngomong dulu nih sebelum ini," itu gimana?
Hilton : Iya, saya sempat chat orang tua saya bilang, HP saya sudah mau disita.
Mungkin tidak ada komunikasi dari saya sama orang tua saya. Nah, setelah itu HP saya langsung disita, dikasih masuk dalam plastik.
Host : Jadi setelah HP disita, tidak ada komunikasi lagi ya?
Hilton : Ya, sudah. Tidak ada lagi. Handphone semua sudah mati.
Host : Nah, itu waktu, ini kita ngomongin ya. Itu waktu handphone kamu disita. Kan kalau kebiasaan kita sekarang, kalau kita enggak ada handphone dalam sehari itu rasanya agak beda.
Nah, itu kamu rasakan juga enggak itu? Dari hari pertama, hari kedua, hari ketiga?
Host : Saya itu, satu minggu itu saya nangis terus. Rindu sama orang tua. Di situ, mau chat orang tua tidak bisa. Mau pinjam handphone Kakak Pembina tidak bisa. Aduh, saya sempat berpikir satu minggu itu saya nangis terus.
Setiap malam, teringat orang tua. Tapi, saya dikuatkan sama Pembina saya. "Memang ini hal wajar, tapi kamu pikir juga masa ke depannya bagaimana. Cita-cita kamu. Orang tua kan masih bisa ketemu. Terus, cita-cita ini sekali seumur hidup kamu." Terus, saya di situ, "Oh iya juga ya."
Terus, saya berpikir, ngapain juga saya rindu orang tua kalau mau ketemu juga nanti dengan baju ini, dengan kebanggaan orang tua. Pasti lebih senang lagi.
Terus, saya berpikir di situ, saya hilangkan semua pikiran rindu saya sama orang tua saya. Mulai dari situ, saya lupakan. Saya sama teman-teman saya, hanya teman-teman saya yang selalu hibur-hibur saya.
Host : Jadi, kalian saling menguatkan di sana ya. Ini kan kalian terkumpul dari seluruh Nusantara Indonesia. Kamu kamar sama siapa saja? Dari mana?
Hilton : Waktu saya di Cibubur itu, saya satu kamar dengan Sumatera Utara.
Host : Oh, Sumatera Utara. Berdua saja di kamar?
Hilton : Berdua. Satu kamar berdua.
Host : Itu namanya siapa?
Hilton: Adinata, Dampo 17 yang sore kemarin.
Host : Jadi saling satu kamar, ada saudara baru di sana. Sama siapa lagi nih, dari mana lagi? Kamu dekat, berteman sampai sekarang?
Hilton : Teman sampai sekarang dari Papua.
Host : Papua? Sebutkan namanya nih.
Hilton : Theodoros Alfredo Wanma.
Host : Semoga nonton ya, Theodoros ya. Nah, kemudian ini kita mau bicara lagi nih soal makan. Ini menarik sekali juga makan ya. Tentunya fisik juga berhubungan dengan apa yang dikonsumsi.
Selama di sana kamu makan apa saja? Dikasih makan sama?
Hilton : Kalau di sana ada dokter 24 jam standby. Ya, ada. Gizi kita dijaga. Pagi-pagi itu kan kita selesai salat, kita pemanasan, jogging di lapangan, selesai itu pemanasan kayak push-up, sit-up, kayak pemanasan-pemanasan lainnya.
Nah, selesai kita pemanasan, kita ada telur rebus kampung sama susu setiap pagi.
Host : Telur rebus kampung sama susu. Itu sarapan pagi?
Hilton : Protein namanya. Nah, kita makan sama susu, selesai itu kita mandi persiapan ke tempat makan, ruang makan. Makanan kita juga dijaga gizinya. Kita biasa makan dada ayam.
Host : Itu rebus ya, bukan goreng ya?
Hilton : Iya, rebus. Sayur, ikan juga tergantung dari dokter.
Host : Itu rebus-rebusan semua? Ikannya juga direbus?
Host : Tidak, ada juga gorengan.
Penanya: Oh, ada gorengan juga?
Hilton : Iya, ikan. Nah, pagi kita dikasih vitamin. Vitamin, terus gizi, semua makanan itu dokter yang atur. Gizi kita diukur, ditakar di sana.
Host : Itu makannya dada ayam, ikan itu pagi, siang, malam juga itu makan gitu?
Hilton : Tidak, beda-beda. Tergantung.
Host : Lauknya diganti-ganti?
Hilton : Iya, lauknya diganti-ganti.
Host : Nah, ini saya mau nanya nih, ada enggak sambal?
Hilton : Oh, di sana tidak ada. Enggak dibolehkan makan sambal.
Host : Ini kan orang biasa, orang Indonesia kan kalau mau makan ayam, ikan, atau tempe kan pakai sambal, gitu?
Hilton : Di sana tidak.
Host : Enggak ada ya? Itu terbagi dari ini ya, jangan sampai nanti mules perutnya.
Hilton : Iya, mules.
Host : Itu apa lagi nih, ada vitamin apa lagi yang diberikan oleh dokter di sana?
Hilton : Ya, itu protein, kayak susu.
Host : Sempat enggak kamu merasa di sana itu misalnya menunya ini-ini aja gitu? Bosan gitu, latihan satu bulan ini-ini aja diberikan.
Host : Aduh, tidak. Di sana itu kayak apa ya, kita kayak, kan kita latihan misalnya makan pagi, terus siang kita kayak menunggu makan, kayak apa ya lauknya ini, ini, ini ya.
Hilton: Ya, pokoknya kalau soal makanan, itu terjamin.
Host : Terjamin ya? Oke. Nah, terus ini, kemarin waktu penentuan Pasukan delapan itu gimana ceritanya kamu bisa masuk di situ? Ada cerita enggak?
Hilton : Ada. Pengalaman saya itu, semenjak latihan itu kita harus coba semua posisi.
Mulai dari Dampok 17, Dampok 8, Penyul, Dampok 45 (45 diganti saat Pasukan Pengibar Bendera Pusaka).
Nah, terus, kita dicoba pembentang, Dampok 8, sama pengerek bendera. Saya coba pertama itu di Dampuk 17, tapi suara saya tidak mendukung, saya dikasih pindah ke pembentang.
Pembentang juga saya kurang bagus, saya coba di pengerek. Kata pelatih, "Kamu cocok di sini." Nah, selama latihan itu saya di situ terus. Sampai penentuan akhir, itu H-3 jam sebelum upacara, tanggal 17.
Host : Tanggal 17 Agustus?
Hilton : Iya.
Host : Nah, sementara latihan itu mulai dari tanggal ?
Hilton : Kita latihan sama pasukan protokol itu tanggal 7 Agustus, 10 hari sebelumnya.
Nah, terus, dari Cibubur kita pindah ke hotel. Kita latihan di Istana, gladi kotor. Di situ mulai dari Panglima sudah ada… siapa yang main di Pasukan 8 sudah ada lirik-lirik ya. Namanya dilirik, "Ah, ini bagus, ini bagus di sini." Nah, pas gladi bersih, tanggal 15, di situ ditentukan.
Di situ ditentukan yang main, tapi belum pasti siapa yang mengibar.
Nah, saya main sama tim saya. Itu pembentang dari Lampung, Dampur 8 dari Bali. Nah, tim saya, kita latihan di situ, gladi bersih.
Terus tanggal 17, jam 7 pagi, di situ baru ditentukan dari pemimpin siapa yang main.
Host : Jadi, pada saat tugas itu baru ditentukan?
Hilton : Iya, hampir 3 jam sebelum penentuan.
Host : Itu apa yang dirasakan pada saat kamu ditugaskan? "Kamu tugas ini, kamu tugas ini." Ini hampir 3 jam sebelum bertugas. Itu sempat deg-degan atau gimana?
Hilton : Sempat deg-degan. Enggak, saya sempat nangis. Sebenarnya…
Host : Sempat nangis pada saat penugasan?
Hilton : Iya, sempat nangis. Kan saya maunya main pagi, sama tim saya main pagi. Nah, terus pemimpin bilang, "Tim A main sore, tim B main pagi." Aduh, saya di situ sempat berpikir. "Aduh, main pagi itu kan lebih… suasananya beda.
Lebih fresh." Lebih fresh, lebih banyak penampilan. Saya sempat berpikir, aduh, sore lagi penurunan.
Host : Penurunan bendera?
Hilton : Iya, penurunan bendera. Nah, terus kakak-kakak pembina saya ini, kakak panggung saya, menguatkan saya, bilang, "Eh, sore itu, penurunan itu lebih berat tantangannya daripada penaikan.
Penaikan cuma naikin bendera doang. Kalau penurunan itu tantangannya angin, bendera bisa kelilit atau apa."
Host : Kelilit tali ya?
Hilton : Iya, angin. Nah, terus saya sempat berpikir, "Oh, iya juga ya." Terus, pas saya diyakinkan sama tim saya ini, tim saya juga kan sebenarnya mau main pagi semua. Terus kita dikuatkan semua, "Ya sudah, ikhlas." Pas jam 10, pengibaran kita nonton. Yang tim B main, main pengibaran.
Nah, kita nonton. Dilarang turun. Kita dalam standby di Wisma Negara, nonton di TV.
Host : Enggak boleh ke lapangan? Jadi, stay di tempat ya?
Hilton : Iya, stay di Wisma Negara. Pas yang joget itu kita disuruh turun. Bergabung.
Host : Oh. Itu waktu kamu menyaksikan di televisi, pas pengibaran itu, ada rasa apa yang dirasakan olehmu? "Aduh, wah, gimana ini itu?" Atau gimana itu?
Hilton : Iya, saya sempat berpikir, membaca arah bendera dan anginnya itu. Hmm. Saya sempat membaca, "Aduh, oh, aman, aman, aman.
Benderanya aman, enggak kelilit." Nah, pas selesai pengibaran itu, yang pengerek saya bilang, talinya itu sempat kelilit. Kelilit di atas. Ya, karena angin katanya. Langsung bilang, "Sisa tukar dua kali aja itu talinya sama dampuk delapan." (*)
Laporan wartawan Tribun Sulbar Andika Firdaus