Bagaimanakah selayaknya memperhitungkan penghasilan bagi honorer agar lebih berdaya merupakan pertanyaan utama dibalik keresahan mereka selama ini.
Adakah wacana cerdas untuk standarisasi gaji guru honorer agar pemberdayaan tercapai menjadi pertanyaan lain yang menarik untuk diikuti sekaligus sebagai pembuktian terbalik atas segala tuntutan perbaikan kesejahteraan guru honorer selama ini.
Standarisasi gaji
Permasalahan utama berkaitan penyikapan guru honorer tidak lepas dari adanya perbedaan pendapatan antara guru ini dengan guru PNS.
Pedoman baku penggajian honorer saat ini belum diberlakukan dan dikembalikan pada mekanisme standar yakni disesuaikan dengan kondisi sekolah.
Gaji Padahal Standarisasi gaji honorer bukanlah menjadi permasalahan rumit manakala masing-masing pihak menyadari peran strategisnya.
Jika kesulitan menetapkan indeks gaji minimum standarisasi gaji honorer dapat mengacu dari UMK berbasis KHL (Kebutuhan Hidup Layak ) setempat.
Hal ini didasarkan pada kondisi lapangan dimana masih banyak ditemukan gaji honorer dibawah standar UMK setempat.
Bahkan pada kondisi lebih ekstrim seringkali ditemui honorer tidak dibayar dengan uang namun dibayar dengan impian segera diangkat menjadi PNS dengan mekanisme sudah termasuk dalam data base tenaga yang segera diangkat.
Manajemen berbasis impian inilah yang menjadi titik tolak mengapa sering ditemukannya honorer tidak mempermasalahkan pola penggajian selama ini, iming-iming segera diangkat menjadi guru ASN meminggirkan nalar profesionalisme.
Posisi penggajian bagi honorer selama ini dirasa teramat aneh untuk dilihat dari akal sehat.
Dengan nalar honor mengajar dihitung tiap jam mengajar selayaknya honor perbulan didasarkan jumlah jam mengajar selama satu bulan, namun kenyataannya honor honorer diambil dari jumlah jam mengajar selama satu minggu.
Rumitnya permasalahan guru honorer ini diperparah dengan minimnya keberpihakan pensejahteraan.
Menyibak realitas minimnya pensejahteraan guru akibat kebijakan serba diskriminatif ini tidak serta merta menumbuhkan keinginan untuk memformulasikan ulang bagaimanakah selayaknya mensejahterakan guru swasta.
Bola pensejahteraan guru honorer sudah ditendang, selayaknya bola ini haruslah menumbuhkan optimisme guru honorer untuk meretas asa cerdas pendidikan.