HARLAH PMII

PMII Berdampak

Editor: Nurhadi Hasbi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Direktur Lembaga Profesi Ekonomi dan Keuangan PB PMII 2021–2024 Muhammad Aras Prabowo

Dalam pelaksanaannya, PKP dilakukan dengan pola tiga tahap: pelatihan intensif berbasis kompetensi, kolaborasi dengan lembaga/instansi profesional, serta sertifikasi resmi. Pelatihan disusun dengan pendekatan praktis sesuai standar industri dan dunia kerja.

Sebagai contoh konkret, PKP Akuntansi dirancang untuk kader PMII dari jurusan Akuntansi agar menjadi akuntan profesional yang bersertifikasi dan kompeten.

Konsep pendidikannya meliputi materi seperti pengantar akuntansi, audit, sistem informasi akuntansi, perpajakan, hingga etika dan hukum profesi.

Pelaksanaan dilakukan melalui bootcamp, workshop praktik software akuntansi (seperti MYOB, Accurate, SAP), dan simulasi audit. Kegiatan ini menggandeng Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), konsultan pajak, dan kantor akuntan publik (KAP).

Kader kemudian diarahkan mengikuti sertifikasi seperti Brevet Pajak A/B, CPA, CMA, dan lainnya, agar siap menjadi akuntan perusahaan, publik, manajemen, pendidik, atau konsultan pajak.

Distribusi kader PMII saat ini menunjukkan keberhasilan secara kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan data struktur organisasi, PMII memiliki 25 Pengurus Koordinator Cabang (PKC) di tingkat provinsi, 231 Pengurus Cabang (PC) tingkat kabupaten/kota, 1.664 Pengurus Komisariat (PK) tingkat perguruan tinggi, dan 5.115 Pengurus Rayon (PR) di tingkat fakultas.

Ini adalah basis struktural yang luas dalam upaya kaderisasi dan distribusi kader di berbagai lini.

Kader PMII berasal dari berbagai bidang ilmu: sosial politik, ekonomi, teknik, pertanian, kesehatan, pendidikan, bahkan ilmu murni dan sains.

Hal ini memperkaya narasi gerakan PMII yang tidak semata-mata bersifat politik, tetapi juga mampu mengisi ruang-ruang akademik, profesional, dan sosial yang strategis.

Kader PMII harus diposisikan sebagai subjek aktif dalam pembangunan nasional dan global.

Distribusi kader menjadi fokus utama dalam tahap pasca-kaderisasi. PMII tidak boleh hanya menjadi tempat berhimpun semasa kuliah, tetapi harus menjadi kawah candradimuka para pemimpin masa depan.

Bidang-bidang potensial distribusi kader mencakup birokrasi, pendidikan, kewirausahaan, jurnalisme, organisasi masyarakat sipil, teknologi digital, dan diplomasi. Kader PMII harus hadir dengan narasi solusi dan inovasi, bukan hanya kritik.

Saat ini, banyak kader PMII telah menduduki posisi strategis di berbagai tingkatan: menteri, gubernur, bupati, rektor, dosen, pengusaha, tokoh masyarakat, dan diplomat.

Ini adalah bukti bahwa kaderisasi dan distribusi kader yang dilakukan PMII memiliki daya hasil yang konkret.

Namun demikian, tantangannya kini adalah memperluas distribusi kader pada bidang-bidang baru yang menjadi kebutuhan zaman seperti kecerdasan buatan, data science, energi terbarukan, dan ekonomi digital.

Halaman
123