Human Interest Story

Demi Tanggungjawab di Bandara Mamuju Fadli Tunda Mudik ke Aceh, Tuntaskan Kerinduan via Video Call

Penulis: Abd Rahman
Editor: Ilham Mulyawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TAK MUDIK KE KAMPUNG - Pegawai Bandara Tampa Padang Mamuju M Fadli Rauf saat hendak bertugas di Bandara Tampa Padang Mamuju di Kelurahan Sinyonyoi Selatan, Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar), Kamis (3/4/2025). Dia tak pulang alias mudik ke kampung halaman karena maish harus bekerja. (Abd Rahman)

TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU - Ada mudik, ada pula yabng tak mudik itulah yang terjadi saat momentum lebaran idulfitri.

Seperti dialami M Fadli Rauf, seorang teknisi di Bandara Tampa Padang Mamuju, Sulawesi Barat.

M Fadli Rauf sejatinya adalah pemuda kelahiran Kota Langsa, Provinsi Aceh.

Tuntutan pekerjaan membuatnya mengurungkan niat mudik ke kota kelahiran untuk berkumpul Bersama keluarga.

Tak dapat menghabiskan waktu bersama keluarga di hari nan fitri Fadli Rauf tetap tegar menjalankan tugasnya, walau sebenarnya dia dipenuhi kerinduan yang mendalam. 

Ia merindukan pelukan hangat kedua orang tuanya, canda tawa saudara, dan keakraban kerabat. 

Ada tanggung jawab pekerjaan yang menghalanginya.

Setiap sudut bandara mengingatkannya pada hangatnya suasana Lebaran di rumah.

"Perasaan pasti rindu sekali, tapi karena tugas yah harus kuat dan tegar menjalani tanggung jawab," ucap Fadli kepada Tribun-Sulbar.com, Kamis (3/4/2025).

Fadli, yang dikenal dekat dengan keluarganya, harus menelan pil pahit karena tidak bisa hadir di tengah-tengah mereka. 

Bayangan hidangan Lebaran buatan ibunya, yang selalu dinantikannya, kini hanya menjadi kenangan di lebaran ini.

"Sedih sekali, rindu masakan ibu," kata Fadli dengan mata berkaca-kaca.

Untuk mengobati kerinduan, Fadli hanya bisa menghubungi keluarganya melalui panggilan video.

Baca juga: 21 Ribu Jumlah Penumpang Bus Selama Arus Mudik Lebaran di Terminal Mamuju Sulbar

Baca juga: Pantai Babana Mamuju Tengah Masih Ramai Dikunjungi Warga, Gartis Masuk

Meski tak bisa bersalaman langsung, setidaknya ia bisa melihat wajah-wajah yang dicintainya. 

Setiap senyum dan sapa dari layar ponsel menjadi pengobat rindu yang tak tergantikan.

Halaman
12