Human Interest Story

KISAH Ahmad Perantau Asal Lamongan, Dagang Pentol Mampu Bangun Rumah Makan untuk Orangtua di Mamuju

Penulis: Andika Firdaus
Editor: Ilham Mulyawan
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

JUALAN PENTOL - Ahmad penjual pentol di Jl Arteri, Kelurahan Karema, Kecamatan Mamuju, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar) sedang melayani pembeli, Minggu (16/2/2025). Ahmad merupakan perantau dari Lamongan Jawa Timur. Dari hasil jualan pentol, dia dan kedua orangtuanya sukses mendirikan rumah makan di Jl Martadinata, mamuju

TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU - Ahmad (28) merupakan warga asal Lamongan, Jawa Timur yang mencoba peruntungan dengan jualan kuliner di Kota Mamuju, Sulawesi Barat.

Tempat mangkalnya di Jl Arteri Mamuju. Jualannya pentol. 

Pentol adalah kuliner berbentuk miri bakso, namun dengan ukuran dan komposisi daging yang lebih sedikit.

Biasanya dicampur dengan kuah kacang, lalu dilumuri saos kecap dan sambal.

Saat ditemui awak Tribun-Sulbar.com, Ahmad terlihat sedang melayani pembeli.

Setelah senggang, Ahmad mulai bercerita tentang awal mula dia mencari rezeki di Mamuju.

Rupanya dia dan kedua orangtuanya merantau ke Kota Makassar, Sulawesi Selatan sebelum ke Mamuju.

"Sejak kecil saya sudah pergi merantau Mas, ikut sama orang tua," ucap Ahmad saat ditemui Tribun Sulbar di stand dagangannya, Minggu (16/2/2025).

Di kota daeng, Ahmad belajar dan kedua orangtuanya kerja keras menabung.

Mereka punya impian, yakni memiliki sebuah Rumah Makan (RM) yang menjual makanan khas Indonesia, mulai bakso, nasi goreng hingga soto lamongan.

Beberapa tahun di Makassar, Ahmad dan orangtuanya kemudian beranjak ke Mamuju.

Namun impian mempunya rumah makan belum terwujud.

Uang belum cukup, sehingga Ahmad lalu bekerja di toko penjual sembako.

Baca juga: Timnas Wanita Dibawa TC ke Jepang Dua Pemain Diaspora Djenna de Jong dan ⁠Felicia de Zeuuw Dipanggil

Baca juga: Mobil Kelebihan Muatan Jadi Sasaran Tilang Polisi di Sulbar

Hasil dari penjualan ia kumpulkan untuk membangun rumah makan bersama ayah dan ibunya.

"Impian orang tua saya itu memiliki rumah makan yang ramai dikunjungi pembeli dan menyajikan masakan khas Lamongan yang ia sudah pelajari," ungkapnya.

Dengan tekad yang kuat untuk mewujudkan mimpi, Ahmad lalu membeli sepeda untuk dipakai berkeliling jual siomay kala itu. 

"Penghasilan dari kerja di toko tidak cukup Mas, jadi saya jual siomay untuk cari tambahan," lanjut Ahmad sambil membakar rokoknya.

Ia berjualan siomay dari satu tempat ke tempat lain, menawarkan dagangannya kepada siapa saja yang ditemui. 

Panasnya terik matahari dan lelahnya mengayuh sepeda tidak pernah membuatnya menyerah.

Ahmad selalu bersemangat karena ia tahu, setiap rupiah yang ia kumpulkan akan membawanya lebih dekat kepada impiannya.

Setelah mengumpulkan modal yang banyak Ahmad bersama orang tuanya berhasil membangun warung makan.

Ahmad bersama orang tuanya, menamakan warung makannya dengan Lamongan pakde Lin yang berlokasi di Jl Martadinata, Mamuju, Sulbar.

Setelah 10 tahun melakukan usaha di rumah makan anak pertama dari tiga bersaudara ini memutuskan untuk menjual pentol.

"Saya ingin mandiri mas, apa lagi saya sudah berkeluarga, saya ingin mencoba tantangan baru menjual pentol," ungkap Ahmad sambil tersenyum.

Ahmad memilih lokasi di Jl Arteri Mamuju karena jalan ini ramai dilalui kendaraan. 

Setiap sore, pria asal Lamongan ini menawarkan dagangannya kepada para pengendara yang melintas di Jl Arteri. 

Di bawah terik matahari atau guyuran hujan, Ahmad tetap setia menjajakan pentolnya.

Ahmad telah berjualan pentol selama satu tahun, ia memulai usahanya dari nol. 

Harga pentol yang di jual itu harga Rp1.000 per biji.

Untuk menarik minat pelanggan, ia menjual berbagai macam varian pentol, mulai dari pentol daging, pentol telur puyuh, dan tahu.

Dalam sehari, ayah dua anak ini mengaku meraup keuntungan Rp200 ribu per hari.

"Tergantung dari cuaca Mas, kalau mendukung ya segitu, kalau cuacanya buruk ya tetap bersyukur," ucap Ahmad

Meski keuntungannya tidak menentu Ahmad, tetap bersyukur dan semangat dalam berjualan.

"Walaupun tidak cukup, saya percaya rezeki sudah di atur oleh Tuhan," tutupnya. (*)

Laporan Wartawan Tribun Sulbar Andika Firdaus