Berbekal ilmu 5 semester dari arsitek, saat kampus Universitas Hasanuddin masih di Barayya, Bontoala, Kak Am mendirikan usaha jasa konsultan CV 15 Maret.
"Karena orang pemerintah mulai minta banyak komisi, saya berhenti." ujarnya.
Jebol di Unhas, tahun 1969, Kak Am memilih kuliah di Akademi Seni Makassar.
Ini kampus seni pertama di timur Indonesia. "Kampusnya dibangun Pak Patompo dari uang Lotto."
HM Dg Patompo adalah walikota ke-12 Makassar (1965-1978).
Kak Am, bercerita, karena melegalkan judi, Lotere Totalisator (Lotto) tahun 1967, Patompo disamakan dengan Ali Sadikin, Gubernur DKI Jakarta (1966-1978).
"Tapi karena lebih dulu pakai uang judi untuk bangun akademi seni, Pak Patompo justru berkelakar; “Ali Sadikin itu Patompo-nya Jakarta."
Kutipan Kak Am ini mengutip kelakar Patompo, dengan merujuk buku karya Salim Said; Dari Gestapu ke Reformasi: Serangkaian Kesaksian (2013).
Kak Am mengenang, dari akademi seni makassar itulah dia menjadi perupa.
Dia menyebut, dengan latar belakang ilmu rancang bangun dan tata ruang saat kuliah arsitek di Unhas, kerja-kerja pematung menjadi lebih mudah.
Namun, karena kontroversi judi Lotto mulai jadi isu politik jelang pemilu 1970, akhirnya pemerintah pusat membatalkan judi lotto tahun 1969.
"Ya, kuliah saya juga di ASM juga bubar. Gaji dosen, listrik kampus di Jl Irian tak bisa lagi dibayar Pak Patompo."
Kadung jatuh cinta dengan seni patung dan melihat ada peluang bertahan hidup, Kak Am memutuskan jadi perupa.
Perkenalannya dengan jurnalis cum seniman, MS Syam kian menguatkan visi budaya dan misi berkesinian Kak Am.
"Almarhum itu salah satu pendiri ISI (institut seni indonesia) Jogya. Ia maha guru banyak seniman Sulsel, termasuk saya."
Tahun 1980-an, kala pembangunan fisik meluas ke kabupaten kota, patung mulai jadi ikon daerah.
Pengalaman sebagai konsultan memudahkan dia berkolaborasi dengan sejumlah seniman perupa lain.