Disebutkan jualan Tikar dan Bantal tiap bulannya mampu meraup omset Rp3 juta per bulan.
Biaya itu dia gunakan sebagai modal untuk diputar dan biaya bertahan hidup bersama keluarganya.
Abdul Raub menjajakan Tikar miliknya di harga Rp 100 ribu per lembar hingga Rp 120 ribu per lembar.
"Kalau bulan-bulan tertentu banyak yang laku, rata-rata penghasilan per bulan itu dapat Rp 3 juta per bulan," kata pria akrab di sapa Raub ini.
Dia berbagi cerita keluh kesah sejak puluhan tahun berjualan di Polman, hingga ke desa-desa.
Terkadang dalam sehari tak ada satu pun Tikar dan Bantal yang laku, bahkan seringkali dicicil oleh warga jadi langganannya.
Baca juga: Lantai Utama Masjid Raya Madaniah Pasangkayu Tergenang Air Hujan H-39 Ramadan
Baca juga: Ada Refocusing Anggaran untuk Makan Bergizi Gratis, PUPR Mamuju Tunda Perbaikan Jalan Dalam Kota
Kandang, kata Raub dia sering kali harus bolak balik ke desa tertentu menagih angsuran karpetnya.
"Kadang juga kita dikejar anjing kalau sudah masuk ke desa-desa, ada juga langganan susah bayar angsuran," ungkapnya.
Sebenarnya Raub sudah seringkali diperingati oleh anaknya untuk istirahat dan berhenti berjualan karena sudah berusia lanjut.
Namun dia enggan merepotkan anak dan cucunya, baginya usia lanjut bukanlah kendala untuk terus berjuang.(*)
Laporan Wartawan Tribun-Sulbar.com, Fahrun Ramli