TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU - Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Provinsi Sulawesi Barat, Andi Farid Amri, mengungkapkan penyebab meningkatnya angka pengangguran di Sulbar.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sulbar, angka pengangguran menunjukkan tren meningkat.
Komposisi angkatan kerja pada Agustus 2024 terdiri dari 757,51 ribu orang yang bekerja, sementara 20,88 ribu orang masih menganggur.
Baca juga: Data BPS: 757 Ribu Penduduk Sulbar Bekerja, Pengangguran Bertambah 3,6 Ribu Orang Jadi 20 Ribu
Dibandingkan tahun 2023, jumlah angkatan kerja bertambah 20,01 ribu orang.
Dari jumlah itu, penduduk yang bekerja meningkat 14,50 ribu orang, namun angka pengangguran juga naik sebesar 3,60 ribu orang.
Andi Farid menjelaskan, salah satu faktor utama penyebabnya adalah lulusan baru dari SMA, SMK, dan perguruan tinggi yang belum terserap di dunia kerja.
"Memang setiap pertengahan tahun angka pengangguran meningkat karena adanya lulusan baru yang belum mendapatkan pekerjaan," ujar Andi Farid saat ditemui di Rumah Jabatan Sekretaris Provinsi, Jl H Abd Malik Pettanna Endeng, Rangas, Mamuju, pada Kamis (7/11/2024).
Ia menambahkan, data BPS menunjukkan pada bulan Juni banyak lulusan SMA, SMK, dan sarjana yang masih belum bekerja.
Untuk menanggulangi hal ini, Disnaker Sulbar mendorong para pencari kerja untuk mengikuti program pelatihan berbasis kompetensi di Balai Latihan Kerja (BLK) Sulbar.
Selain mendapatkan keterampilan, peserta juga akan menerima sertifikasi profesi yang diharapkan dapat meningkatkan peluang mereka di pasar kerja.
"Kami sudah menjalin komunikasi dengan dunia usaha untuk menyesuaikan pelatihan di BLK dengan kebutuhan pasar kerja," lanjut Andi Farid.
Menurutnya, program pelatihan ini dirancang agar peserta memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri di masa mendatang.
Selain pelatihan, Disnaker Sulbar juga mengadakan program pemagangan bagi masyarakat Sulbar di berbagai perusahaan dan UMKM di daerah.
Program ini diharapkan mampu mengurangi angka pengangguran, meskipun tahun ini tingkat serapan tenaga kerja di perusahaan masih belum optimal.
"Kami optimis tahun depan angka serapan tenaga kerja akan meningkat," ujar Andi Farid.