TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU TENGAH - D itengah gempuran kelapa sawit di Kabupaten Mamuju Tengah (Mateng), Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) sebagian warga masih memilih menanam padi.
Khususnya bagi sebagian warga Desa Tabolang dan Salulekbo, Kecamatan Topoyo, Mateng.
Baca juga: Sengketa Lahan 79 Hektar Warga Kabuloang Mamuju dengan PT Polemaju Menemui Titik Terang
Baca juga: Nelayan Kampung Baru Mamuju Dikabarkan Hilang Belum Ditemukan Basarnas
Meski saat ini kabupaten berjuluk Bumi Lallatassisara ini terkenal perkebunan sawitnya, namun sekelompok warga masih memilih bertani padi.
Uniknya lagi, sejumlah warga di Tabolang dan Salulekbo masih mempertahankan tradisi tanam padi gunung menggunakan teknik tradisional.
Walaupun saat ini peralatan canggih dan modern sudah merajalela hingga ke pelosok.
Salah seorang warga Tabolang, Junardi kepada Tribun-Sulbar.com, Selasa (8/10/2024) mengatakan, model tanam padi (tradisional) sudah tidak mudah di jumpai sejak tahun 1980.
Adapun teknik tanam tradisional dimaksud yakni, menggunakan kayu lalu dibagian bawahnya diruncingkan ujungnya.
Kemudian, ditancapkan ketanah untuk membuat lubang.
Setelah itu, warga secara bergotongroyong menaburkan benih padi ke lubang tersebut.
"Itu kalau proses menanamnya, adapun proses memanennya beda lagi," ungkapnya.
Adapun proses memanennya berbeda dengan padi sawah yang menggunakan alat canggih, seperti mobil traktor dan sejenisnya.
Junar menjelaskan, untuk cara memanen padi gunung yaitu menggunakan alat sederhana bernama "Panggatto", sejenis kayu didesain sedemikian rupa.
Kemudian ditarik menggunakan tangan dan padinya bisa diambil.
"Insyaallah, tradisi ini akan terus dipertahankan sebagai salahsatu warisan leluhur," tutupnya.(*)
Laporan Wartawan Tribun-Sulbar.com, Sandi Anugrah