TRIBUN-SULBAR.COM, MAJENE - Kisah Nur Risaldi remaja di Majene rela jadi juru parkir selama 10 tahun untuk membantu biaya sekolah dan perekonomian orangtuanya.
Risaldi atau kerap disapa Risal rela bergelut dengan teriknya matahari meski usaianya masih sangat muda.
Di usianya yang baru menginjak 8 tahun, ia harus menjadi tukang parkir demi meringankan beban kedua orangtuanya.
Baca juga: Warga Majene Resah Sampah 7 Hari Tidak Dibersihkan Busuk dan Berserakan
Baca juga: Kisah Hasria Milenial Asal Majene Terima Penghargaan Bidang Lingkungan Hidup 2024 di Solo
Remaja yang kini berusia 18 tahun tersebut harus rela sebagian waktu di luar sekolahnya tersita, dengan menjadi juru parkir di Pasar Sentral Majene, Jl lanto Daeng Pasewang, Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat.
Pekerjaan yang telah ditekuninya sejak kelas 2 SD tersebut, sedikit demi sedikit telah membantu meringankan beban orangtuanya.
Risaldi empat bersaudara dan dia adalah anak terakhir, ia mengaku sejak kelas 2 SD sudah bekerja sebagai juru parkir.
"Saya sejak SD kelas 2 sudah ke pasar jalan kaki untuk bekerja"kata Risal saat ditemui di Pasar Sentral Majene.
Ia juga menambahkan pekerjaan yang ia lakukan merupakan hal disukai.
Ia tak ragu jadi juru parkir di sela waktu senggangnya.
Bahkan, uang yang dihasilkan juga disisihkan 50 persen untuk orangtua, dan sebagian untuk biayanya sehari-hari.
Terkadang hasil yang diperolehnya kemudian digunakan untuk memenuhi kebutuhan sekolahnya seperti membeli buku, ataupun ditabung.
Adapun penghasilan Risal pada saat bekerja di bangku SD hanya Rp 20 Ribu per hari.
Namun kini ia terkadang mendapatkan upah Rp 80 ribu dalam sehari.
Pekerjaan yang dilakoninya tersebut, tidak mempengaruhi mentalnya untuk terlihat malu.
Di tengah trandnya game online di remaja seusianya, Risaldi justru, memilih bekerja untuk membantu orangtuanya.
Kata Risaldi, profesi yang telah dilakoninya sejak 10 tahun terakhir ini berawal dari ajakan pamannya.
Lebih lanjut ia mengatakan rela bekerja apapun asalkan itu halal.
"Pekerjaan itu banyak, terserah kita mau bekerja atau tidak," kata Risaldi.
Awalnya, ia tak tertarik karena malu, namuan setelah berfikir untuk belajar mandiri, iapun memilih untuk berusaha sedikit demi sedikit meringankan beban orangtuanya dengan mencari pekerjaan ringan dan tetap bersekolah.
Terbukti mulai dari bangku SD, SMP, hingga SMK, ia tidak pernah meminta uang jajan kepada orangtuanya.
Uang hasil kerjanya di siang hari digunakan untuk kebutuhannya di sekolah.
Menurutnya, setiap pekerjaan punya tantangan tersendiri, seperti yang terjadi kepada Risaldi.
Dia mengatakan kadang ada orang melakukan perlakuan tidak enak takkala menjadi juru parkir.
Bahkan kadang membuatnya seakan ingin menyerah bekerja.
Tak terbiasa mendapat perlakuan seperti itu terkadang membuatnya jenuh.
Karena mengingat motivasi terbesarnya untuk meringankan beban orangtuanya, maka kejenuhan tersebut dilawan Risaldi.
Risal memiliki dua aktivitas sehari-hari, pertama, yakni sebagai pelajar dan kedua, bekerja sebagai juru parkir.
Risal menghabiskan waktunya untuk bersekolah pada pagi hingga siang, dan ia bekerja jadi juru parkir pada siang hari, mulai pukul 13.00 WITA.(*)
Laporan Wartawan Tribun-Sulbar.com, Anwar Wahab