"Gurunya juga, kenapa pada nurut. Orangtua juga kenapa pada diam. Anak-anak kecil masa tumbuh kembang otak, 8 jam dibekap Masker, toksisitas CO2 yang berasal dari keluarnya nafas yang dihirup kembali secara terus-menerus, akan bikin sel otak rusak dan gagal tumbuh," kata dr. Tifa.
Baca juga: Shesie Erisoya Curhat Lagi Minta PSM Lunasi Utang Rp5,6 Miliar, Tak Peduli Masalah Internal PSM
IDI: Jangan Percaya Hoaks
Terkait hal ini, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr. Moh. Adib Khumaidi menegaskan jika pernyataan ini bukan dari IDI, tapi personal.
"Bukan dari IDI, itu personal,"ungkapnya pada awak media di Jakarta Pusat, Selasa (7/9/2023).
Lebih lanjut, ia menekankan pada masyarakat untuk menyikapi segala masalah kesehatan berdasarkan eviden base atau berdasarkan bukti dari penelitian.
Dan pernyataan yang disampaikan oleh dokter Tifa ini tidak berdasarkan dasar-dasar ilmiah.
"Kami tidak melihat suatu dasar dalam konteks umpamanya ada informasi yang itu belum ada dasar-dasar ilmiah," tegasnya.
Ia pun menghimbau pada masyarakat untuk mencari referensi utama dan terpercaya terkait masalah kesehatan.
"Artinya kami dari IDI, perhimpunan dokter spesialis, dan dalam lingkup global juga sehingga kalau ada informasi personal yang itu belum ada dasar referensi ilmiahnya maka kami tentu tidak bisa menjadikan sebagai dasar," tegasnya.
Lebih lanjut, Adib meminta masyarakat untuk jangan mudah termakan hoax atau isu-isu konspirasi.
"Jangan mudah termakan hoax atau isu-isu konspirasi dan lainnya," kata dr Adib.
"Kita sudah banyak belajar dari pandemi, cari referensi yang memang terpercaya. Selama ini kami dari profesi selalu menjadikan bahwa kita ingin jadi referensi rujukan bagi masyarakat," pungkasnya.
(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunhealth.com dengan judul Pandemi 2.0 Dipercepat? dr. Tifa Sebut Dalam 2 Bulan Akan Ada Lockdown, WFH dan Wajib Masker, dan Tribunnews.com dengan judul Dokter Tifa Prediksi Pandemi 2.0, Ketua IDI Imbau Jangan Percaya Isu Hoax