Penyebab utamanya adalah gizi buruk pada ibu hamil, bayi dan balita.
Definisi stunting sendiri mengalami perubahan.
Menurut WHO (2015), stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar.
Selanjutnya menurut WHO (2020) stunting adalah pendek atau sangat pendek berdasarkan panjang/tinggi badan menurut usia yang kurang dari -2 standar deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO yang terjadi dikarenakan kondisi irreversibel akibat asupan nutrisi yang tidak adekuat dan/atau infeksi berulang/kronis yang terjadi dalam 1000 HPK.
Perlu diketahui, bahwa tidak semua balita pendek itu stunting, sehingga perlu dibedakan oleh dokter anak.
Tetapi anak yang stunting pasti pendek.
Mengutip dari tanotofoundation, stunting adalah salah satu bentuk malnutrisi, tetapi lebih tepat disebut kurang gizi.
Hanya sedikit orang di Indonesia yang kekurangan kalori, tetapi rendahnya kesadaran akan gizi seimbang membuat makanan sering kali banyak nasi, dengan sedikit protein atau sayuran.
Banyak orang tua juga yang tidak memahami pentingnya ASI , malah mengandalkan susu formula yang tidak begitu bergizi bagi bayi.
Di beberapa daerah, kurangnya air bersih untuk sanitasi dan kebersihan pribadi serta terbatasnya akses ke layanan kesehatan dapat memperburuk masalah.
Stunting sering dimulai di dalam rahim karena pola makan ibu yang buruk.
Gejala stunting biasanya tidak muncul dengan sendirinya sampai anak berusia sekitar dua tahun, ketika terlihat jelas bahwa anak tidak tumbuh secepat yang seharusnya.
Penyebab Stunting
Dikutip dari yankes.kemkes.go.id, ada beberapa faktor yang mendasari terjadinya stunting, antara lain:
1. Asupan kalori yang tidak kuat.