TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU – Masalah stunting masih menjadi tantangan serius di Provinsi Sulawesi Barat.
Hingga Mei 2025, Dinas Kesehatan (Dinkes) Sulbar mencatat 19.813 anak mengalami stunting, atau setara dengan 27,08 persen dari total populasi anak di provinsi ke-33 ini.
Jumlah anak stunting tersebut lebih besar dibandingkan total penduduk di beberapa kecamatan di Kabupaten Mamuju.
Baca juga: Seribu Lebih Anak di Mamuju Tengah Masuk Kategori Stunting, Sulbar Tertinggi di Sulawesi
Baca juga: SDK Minta ASN Tingkatkan Kolaborasi Tekan Kemiskinan dan Stunting, Lupakan Perbedaan di Pilkada
Sebagai perbandingan, jumlah penduduk Kecamatan Sampaga, Kabupaten Mamuju berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023 hanya 16.487 jiwa.
Sementara itu, Kecamatan Tapalang Barat memiliki penduduk lebih sedikit, yakni 11.793 jiwa.
Artinya, secara angka absolut, jumlah anak stunting di Sulbar melebihi jumlah penduduk di dua kecamatan tersebut.
Kondisi ini menggambarkan betapa seriusnya persoalan stunting sedang dihadapi Sulbar.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Sulbar, dr. Indahwati Nusyamsi, menjelaskan Kabupaten Polewali Mandar (Polman) mencatat angka stunting tertinggi secara absolut, mencapai 5.891 anak.
"Disusul Mamuju dengan 4.495 anak, Majene 3.773 anak, Mamasa 2.152 anak, Pasangkayu 2.284 anak, dan Mamuju Tengah 1.281 anak," jelas dr Indah saat ditemui di ruang kerjanya, Kompleks Perkantoran Gubernur Sulbar, Kamis (15/5/2025).
Jika dilihat dari sisi persentase, kata eks Direktur RSUD Regional Sulbar itu, Kabupaten Majene menjadi daerah dengan prevalensi stunting tertinggi, mencapai 35,72 persen.
"Ini berarti lebih dari sepertiga anak di Majene mengalami gangguan pertumbuhan akibat kekurangan gizi kronis," pungkas Indah.(*)
Laporan Reporter Tribun-Sulbar, Suandi