Opini
Mengenang Bapak Kwik Kian Gie
Ada strateginya, bukan sekedar dikeruk untuk dinikmati, apalagi jika dinikmati oleh segelitir orang
Mengenang Bapak Kwik Kian Gie
Oleh Tasrief Surungan : Plt. Wakil Rektor Bidang Akademik Universitas Sulawesi Barat,
Anggota Dewan Profesor dan Kaprodi S3 Fisika FMIPA Unhas
TRIBUN-SULBAR.COM- Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Rojiun. Saya Turut berduka atas wafatnya Bapak Kwik Kian Gie, Menko Ekuin di masa adminitrasi Presiden Gusdur dan Presiden Megawati Soekarno Putri.
Beliau adalah pemikir Bangsa. Cintanya pada Rakyat dan tanah air Indonesia tidak diragukan, utuh 24 karat.
Banyak Gagasan Beliau sangat berkesan buat saya, salah satunya adalah pandangannya mengenai pengelolaan SDAM (Sumber Daya Alam dan Mineral) di tanah air.
Saat saya masih berstatus sebagai dosen muda di Unhas, pertengahan dekade 90-an, saya baca opini Beliau di Harian Kompas.
Saya tidak ingat persis tanggalnya, tapi gagasan Beliau berbekas kuat dalam pikaran saya. Saat itu Beliau belum menjadi Menteri.
Kwik Kian Gie menggambarkan secara sangat runtut bagaimana Bapak Presiden Pertama RI, Bung Karno, menolak bujuk rayu/proposal para investor Luar Negeri (LN) untuk diberi izin dalam pengelolaan SDAM.
Pandangan Bung Karno jelas, argumennya sijgkat, kata Pak Kwik. Pengelolaan SDAM ada momentumnya, ada masanya yang tepat, bukan Sekarang. Kapan? Bung Karno, kata Pak Kwik, Nantilah pada saat Generasi Muda Bangsa ini sudah memiliki penguasaan IPTEKS yang memadai untuk mengelolanya sendiri.
Jadi jangan diserahkan pada pihak Asing.
Luar biasa Wawasan Bung Karno. Tokoh sentral perjuangan kemerdekaan Banga ini paham betul, bahwa kalau investor itu dibiarkan mengelola SDAM pada saat putra putri Bangsa Indonesia belum memiliki penguasaan IPTEKS yang memadai, maka itu sama artinya kita menjual tanah air. Kita hanya akan menjadi penonton.
Mereka yang akan mengeruk keuntungan paling banyak, Bung Karno tidak mau, kata Pak Kwik Kian Gie.
Tamu-tamu LN yang silih berganti bertandang ke Istana dengan misi untuk memperoleh lampu hijau investasi pengelolaan SDAM dilayani dengan baik, namun tidak untuk mendapat persetujuan dari Bung Karno.
Apa jasa Pak Kwk dari sekian banyak jasanya untuk Bangsa ini? Bagi saya, Berkat Pak Kwik, kita kemudian paham pandangan Bung Karno tentang ini.
Bagaimana seharusnya kekayaan bangsa yang terpedam dalam perut bumi nusantara dikelola secara lebih berdaya guna.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.