Stunting Majene

Pamboang Tertinggi Kasus Stunting di Majene Capai 848 Anak, Ini Kata Dinkes!

Angka ini menempatkan Pamboang di posisi teratas dibanding kecamatan lain, disusul Kecamatan Malunda 554 kasus.

Penulis: Anwar Wahab | Editor: Nurhadi Hasbi
Anwar Wahab/Tribun-Sulbar.com
KASUS STUNTING - Kantor Dinas Kesehatan (Dinkes) Majene di Kelurahan Pangali-Ali, Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) Kamis (20/2/2025). Dinkes Majene catat angka stunting tertinggi di Kecamatan Pamboang. 

TRIBUN-SULBAR.COM, MAJENE – Kecamatan Pamboang menjadi wilayah dengan angka stunting tertinggi di Kabupaten Majene, Sulawesi Barat.

Menujuk data terbaru aplikasi elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) per Mei 2025, sebanyak 848 anak di Pamboang stunting.

Kondisi gagal tumbuh tersebut akibat kekurangan gizi kronis.

Angka ini menempatkan Pamboang di posisi teratas dibanding kecamatan lain, disusul Kecamatan Malunda 554 kasus.

Baca juga: Angka Stunting di Majene Mulai Turun, Dinkes Fokus Perkuat Posyandu dan Edukasi Gizi

Baca juga: Data Status Gizi Mei 2025: Ini Daftar Desa dengan Angka Stunting Tertinggi dan Terendah Pasangkayu

‎Secara keseluruhan, angka stunting di Majene memang menunjukkan tren penurunan.

Dari 36,87 persen pada awal 2024 menjadi 34,07 persen per Mei 2025.

Namun, temuan di Pamboang menjadi sorotan tersendiri karena jumlahnya masih sangat tinggi.

‎Penanggung Jawab Program Gizi Dinas Kesehatan (Dinkes) Majene, Sri Wahyuni, menyebutkan, sebagian besar kasus stunting ditemukan pada anak usia 6 bulan hingga 1 tahun usia kritis yang sangat bergantung pada pemberian ASI dan makanan pendamping sesuai.

‎“Angka stunting di Majene memang turun, tapi kami tidak menutup mata beberapa kecamatan masih memerlukan penanganan khusus. Pamboang menjadi perhatian utama kami saat ini,” ujar Sri Wahyuni saat ditemui di ruang kerjanya, Kamis  (10/7/2025).

‎Untuk menekan angka tersebut, Dinkes Majene terus menggencarkan berbagai program intervensi gizi spesifik.

Beberapa langkah yang saat ini dijalankan meliputi:

‎Pemantauan konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) pada ibu hamil dan remaja putri

‎Edukasi intensif terkait pemberian ASI eksklusif dan MP-ASI ‎Pendampingan kelompok rentan melalui kelas gizi komunitas.

‎‎Tak hanya itu, Dinkes juga tengah mempersiapkan pelaksanaan Program Pemantauan Tumbuh Kembang (PMT) lokal yang menyasar balita dan ibu hamil, termasuk peningkatan sarana di Posyandu dengan penyediaan alat ukur antropometri yang memadai.

‎“Upaya lainnya adalah memperkuat kegiatan seperti kelas ibu hamil dan kelas balita di seluruh desa, terutama di daerah dengan kasus tertinggi,” tambahnya.

‎Dinkes Majene menargetkan penurunan angka stunting hingga di bawah standar nasional, yakni di bawah 20 persen.

Untuk mencapai target tersebut, pihaknya menekankan pentingnya keterlibatan lintas sektor dan peran aktif masyarakat.

‎“Kerja sama semua pihak adalah kunci. Stunting bukan hanya persoalan gizi, tetapi juga edukasi, lingkungan, dan kesadaran bersama,” tutup Sri Wahyuni.(*)

Laporan Wartawan Tribun-Sulbar.com, Anwar Wahab

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved