Peringatan 10 Muharram
Gayung, Baskom Hingga Wajan Diboyong Emak-emak di Topoyo Mateng di Hari Asyura 10 Muharram
momen tersebut, para emak-emak akan berlomba-lomba membeli perlengkapan dapur mulai dari gayung, baskom, panci hingga wajan.
Penulis: Sandi Anugrah | Editor: Ilham Mulyawan
TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU TENGAH - Menyambut Hari Asyura 10 Muharram 1447 Hijriah, warga Topoyo, Kabupaten Mamuju Tengah (Mateng), Sulawesi Barat (Sulbar) menyerbu dagangan pedagang peralatan umah tangga di momen Hari Asyura, 10 Muharram 1447 Hijriah.
Pantauan Tribun-Sulbar.com, Minggu (6/7/2025), kios-kios pedagang pecah belah di kompleks pasar lama Topoyo, Desa Topoyo, Kecamatan Topoyo dipadati warga khususnya ibu-ibu atau emak-emak.
Seorang pembeli, Nini menjelaskan, berbelanja peralatan rumah tangga di 10 Muharram sudah menjadi kebiasaan masyarakat Mamuju Tengah.
"Sudah menjadi tradisi dari pendahulu kami Pak, di setiap 10 Muharram kami membeli barang rumah tangga," jelas Nini saat ditemui di kios pecah belah, Desa Topoyo, Kecamatan Topoyo, Minggu (6/7/2025) pagi.
Baca juga: Keutamaan Doa Asyura 10 Muharram Doa Penuh Rahmat, Pengampunan dan Keselamatan
Baca juga: Gerak Cepat, BPKPD Sulbar Bahas Dana Bagi Hasil Pajak Daerah Triwulan II 2025 Bersama 6 Kabupaten
Lebih lanjut ia mengatakan, di momen tersebut, para emak-emak akan berlomba-lomba membeli perlengkapan dapur mulai dari gayung, baskom, panci hingga wajan.
Menurutnya, tradisi sebut sering dikenal dengan sebutan Mappasagena, dimana tradisi ini sudah mengakar kuat di masyarakat Bugis dan Makassar, dipercaya sebagai cara untuk membuka pintu rezeki.
"Kami meyakini bahwa berbelanja peralatan rumah tangga pada tanggal 10 Muharram akan membawa keberkahan dan kemudahan dalam mendapatkan rezeki setahun ini," jelasnya.
Nini juga menjelaskan, selain pecah belah, berbelanja di 10 Muharram juga bisa bahan dapur utamanya garam.
"Jadi bukan hanya pecah belah Pak, masyarakat juga bisa membeli bahan dapur seperti garam dan lainnya," tambahnya.
Sementara itu, Makkiyah, pedagang pecah belah mengaku tradisi ini sudah kebiasaan rutin setiap tahunnya di Topoyo.
"Setiap tahun seperti ini, masyarakat akan berlomba-lomba membeli barang pecah belah," ucapnya.
"Adapun barang paling laris dan didominasi di serbu ibu-ibu adalah gayung dan baskom, kemudian menyusul panci," kuncinya. (*)
Laporan Wartawan Tribun-Sulbar.com, Sandi Anugrah
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.