Berita Mamuju Tengah
84 Siswa Tamat dari SD Inpres Ngapaboa Mateng, Dilepas dengan Tarian Litaq Mandar
Prosesi penamatan dikemas dalam acara perpisahan siswa kelas VI yang berlangsung khidmat dan penuh semangat.
Penulis: Sandi Anugrah | Editor: Nurhadi Hasbi
TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU TENGAH – Sebanyak 84 siswa SD Inpres Ngapaboa, Desa Topoyo, Kecamatan Topoyo, Kabupaten Mamuju Tengah (Mateng), Sulawesi Barat (Sulbar), resmi menamatkan pendidikan dasar mereka.
Seluruh siswa dinyatakan lulus 100 persen dan siap melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau sederajat.
Prosesi penamatan dikemas dalam acara perpisahan siswa kelas VI yang berlangsung khidmat dan penuh semangat.
Baca juga: Panitia Masjid Raya Topoyo Mamuju Tengah Bersihkan Masjid Menyeluruh Sambut Idul Adha
Kepala SD Inpres Ngapaboa, Nur Eltin, mengatakan, kegiatan ini tidak hanya menjadi momen pelepasan siswa, tetapi juga wadah pembelajaran dan penguatan karakter melalui seni dan budaya.
“Ini bukan sekadar seremoni tahunan. Kami ingin menanamkan kepada siswa bahwa pendidikan tidak hanya soal pelajaran di kelas, tetapi juga tentang mengenal jati diri, budaya, dan nilai-nilai lokal,” ujar Eltin dalam sambutannya.
Acara tersebut turut dimeriahkan dengan berbagai penampilan seni dari para siswa.
Salah satu yang paling memukau adalah pertunjukan Tari Litaq Mandar yang dibawakan oleh tiga siswi kelas satu, Azifa Maisara, Naila, dan Syakila.
Ketiganya tampil anggun dalam balutan busana adat Mandar berwarna-warni.
Gerakan mereka yang lembut dan selaras dengan irama musik tradisional Sulawesi Barat berhasil memikat perhatian tamu undangan.
Pelatih tari sekaligus staf perpustakaan SD Inpres Ngapaboa, Ni Putu Sugiantari, menjelaskan, Tari Litaq Mandar memiliki makna mendalam, yakni menggambarkan rasa rindu seseorang terhadap tanah kelahirannya.
“Tarian ini penting untuk diperkenalkan kepada generasi muda agar mereka mengenal dan mencintai budaya sendiri sejak dini,” jelasnya.
Selain mengenalkan budaya, latihan tari juga menjadi media pembelajaran disiplin dan keberanian tampil di depan umum.
“Latihan dilakukan di luar jam pelajaran atau saat istirahat dengan pendekatan yang menyenangkan, agar siswa tidak terbebani tetapi tetap mendapat pengalaman berharga,” tambahnya.
Sementara itu, salah satu orang tua siswa, Maswadila, mengaku terharu melihat penampilan anaknya dalam tarian tradisional.
“Saya sangat bangga. Anak-anak tidak hanya belajar menari, tetapi juga mencintai budaya. Ini pengalaman luar biasa bagi mereka,” ungkapnya.
Ia juga menyampaikan terima kasih kepada para guru yang telah mendidik dan membimbing siswa selama enam tahun.
“Terima kasih sebesar-besarnya kepada para guru. Tanpa bimbingan mereka, anak-anak kami tidak akan sampai pada titik ini,” tuturnya penuh haru.(*)
Laporan Wartawan Tribun-Sulbar.com, Sandi Anugrah
Komisi 3 DPRD Mamuju Tengah Tinjau Pustu Pangalloang Diduga Dikerja Asal-asalan |
![]() |
---|
Pustu di Pangalloang Mateng Diduga Dikerjakan Asal-asalan, Pengawas Sebut Tukang Membandel |
![]() |
---|
TOK! APBD Mateng 2026 Terpangkas, Fokus ke Kesehatan dan Pendidikan |
![]() |
---|
KUA-PPAS 2026 Disepakati, Pemkab Mateng Pastikan Anggaran Berpihak ke Rakyat |
![]() |
---|
Stok Ikan di TPI Desa Babana Mateng Berkurang, dari 4 Ton Kini Tinggal 100 Kilo |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.