HARLAH PMII

Transformasi Gerakan PMII, Menuju Indonesia Emas 2045

Atas dasar itulah membuat PMII tumbuh dewasa, berkembang dan mampu menjawab setiap tantangan zaman yang dilalui.

Editor: Nurhadi Hasbi
Istimewa
Fatur Rahman, S.T (TKN PB PMII) 

Lahirnya paradigma kritik transformatif pada zaman Syaiful Bahri Anshori ( 1997- 2000 ) sebagai jawaban atas banyaknya praktik hegemoni kekuasaan negara dengan praktik praktik kekerasan dalam merespon segala tanggapan dan aspirasi masyarakat, dll.

Kemudian pada zaman Heri Herianto Azumi ( 2006-2008 ) yang melahirkan paradigma menggiring arus berbasis realitas, mengajak kader PMII untuk berorientasi pada gerakan strategis jangka panjang, untuk membaca dan menafsir realitas yang terjadi.

Kemudian pada masa M. Abdullah Syukri ( 2021 - 2024 ) melahirkan paradigma Produktif, bahwa PMII tidak hanya sebagai mitra kritis pemerintah, namun kader-kader PMII perlu untuk membuat karya nyata atau inovasi sesuai dengan profesi di bidang dan jurusannya masing-masing.

Atas dasar keadaan inilah, PMII harus selalu bersikap proaktif dalam mengawal segala kondisi dan perkembangan, serta isu-isu yang berkembang, dan merancang paradigma sesuai kebutuhan dan kondisi kebangsaan hari ini.

Sehingga perlu bekal dan pemahaman berfikir dinamis, kritis dan pemahaman universal kader hari ini, dengan paradigma yang selaras dengan kondisi sosiokultural kader PMII di wilayah masing-masing dan tidak bertentangan dengan subtansi nilai dasar Pergerakan dan Nilai Ahlussunnah Waljamaah (ASWAJA).

Sebagai organisasi kaderisasi, fokus utama PMII bergerak di kampus atau perguruan tinggi harus mencetak mahasiswa dinamis dan berkompeten disetiap agenda kaderisasi. 

Dengan ini kader PMII yang tersebar di seluruh perguruan tinggi harus dipastikan bahwa kader-kader tersebut mempunyai kualitas, cakap, bertanggungjawab dan tentunya harus dekat dan berinteraksi dengan Rakyat dan masyarakat secara umum.

Selaras dengan hal tersebut PMII harus mempunyai suatu rumusan yang terstruktur untuk pembekalan di setiap agenda kaderisasi formal baik Mapaba, PKD, PKL, PKN, maupun kaderisasi non formal.

Sehingga atas bekal ini kader PMII yang telah melalui proses, harus dipastikan bahwa dia sudah mampu survive dimanapun berada, dan sudah mampu membaca dan menafsir realitas di masyarakat.

Dengan demikian, PMII hadir menjadi solusi di setiap permasalahan bangsa mulai dari akar rumput.

Pada prinsipnya, PMII hari ini perlu pembenahan nyata, perlu melakukan akselerasi dan kemandirian organisasi untuk menuju organisasi berintegritas.

Juga perlu kiranya mempersiapkan bekal kuat untuk melakukannya secara masif. Juga perlu adanya transformasi organisasi.

Tata kelola organisasi yang pasang surut hari ini, menjadi penghambat bagi kemajuan organisasi. Adanya tantangan dan problem sama bagi setiap generasi, membuat PMII hanya bekerja dalam proses pembenahan internal, penyelesaian struktur, permasalahan kaderisasi, konflik internal, membuat organisasi lambat dalam pembangunan SDM.

Sehingga dalam mempersiapkan generasi yang matang hari ini menuju PMII maju dengan kader kadernya yang produktif akan memberikan sumbangsih nyata bagi kemajuan bangsa.

Penguatan Riset

Halaman
123
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

Stunting Intelektual 

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved