Berita Sulbar

Gubernur SDK Dukung Jepa Didorong Jadi Warisan Budaya Tak Benda UNESCO

Jepa merupakan makanan tradisional berbahan dasar singkong dan parutan kelapa, berbentuk lingkaran dengan aroma khas singkong bakar. 

Penulis: Suandi | Editor: Munawwarah Ahmad
Tribun Sulbar / Abd Rahman
JEPA MANDAR - Suhaeda, sedang membuat Jepa di lokasi perayaan Hari Jadi ke-482 Tahun Mamuju, Kamis (14/7/2022). Perayaan Hari Jadi Mamuju tahun ini dipusatkan di halaman Kantor DPRD Mamuju, Jl Yos Sudaroso, Kelurahan Binanga, Kecamatan Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar). Jepa, makanan tradisional khas Mandar, berpeluang mendapat pengakuan sebagai warisan budaya dunia setelah diusulkan ke United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). 

TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU – Jepa, makanan tradisional khas Mandar, berpeluang mendapat pengakuan sebagai warisan budaya dunia setelah diusulkan ke United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).  

Upaya ini mendapat dukungan penuh dari Gubernur Sulawesi Barat (Sulbar), Suhardi Duka (SDK), yang menegaskan bahwa pelestarian budaya harus berdampak positif bagi ekonomi dan pariwisata daerah.   

Baca juga: Perjalanan Dinas Fiktif Kominfo Majene, Nama Dicatut Diminta Tanda Tangan Tapi Tak Pernah Pergi

Baca juga: DPRD Mamasa Setujui 2 Ranperda Usulan Pemda Terkait Ini

Hal ini disampaikan saat audiensi bersama Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVIII di Kantor Gubernur Sulbar, pada Senin, 10 Maret 2025.

SDK menegaskan komitmennya untuk mendorong pengakuan Jepa sebagai warisan budaya tak benda.  

“Saya mendukung penuh pengusulan Jepa ke UNESCO. Namun, perhatian kita tidak boleh berhenti di sini. Seluruh warisan budaya Sulbar yang memiliki nilai ekonomi juga harus didorong agar dapat dikomersialisasikan,” ujar SDK.  

Jepa merupakan makanan tradisional berbahan dasar singkong dan parutan kelapa, berbentuk lingkaran dengan aroma khas singkong bakar. 

Biasanya, Jepa disajikan dengan ikan teri, ikan tuing-tuing, atau cumi. 

Seiring waktu, inovasi pun muncul, seperti tambahan topping parutan gula merah yang membuatnya semakin diminati.  

Menurut SDK, budaya bukan hanya sekadar identitas, tetapi juga bisa menjadi daya tarik wisata yang berkontribusi terhadap perekonomian daerah.  

“Budaya adalah bagian dari pasar wisata. Saya sangat setuju dengan langkah ini, baik untuk Jepa maupun warisan budaya lainnya. Yang terpenting adalah bagaimana kita bisa mengenalkan dan memberikan nilai ekonomi pada budaya lokal,” ungkapnya.  

Plt. Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVIII, Muhammad Tang, menjelaskan bahwa pengusulan Jepa sebagai warisan budaya tak benda telah memasuki tahap awal. 

Ia menekankan pentingnya dukungan dari pemerintah daerah dalam pelestarian budaya.  

“Kami sedang memproses pengusulan Jepa agar bisa diajukan ke UNESCO. Ini sangat penting, terutama karena beberapa wilayah di Amerika Utara, seperti Kuba, juga mulai mengusulkan makanan serupa sebagai warisan budaya dunia,” jelas Muhammad Tang.  

Lebih lanjut, ia berharap Pemerintah Provinsi Sulbar memberikan perhatian lebih terhadap kekayaan budaya lokal.  

“Sulbar memiliki banyak warisan budaya yang perlu dijaga dan dilestarikan. Kami berharap dukungan dari Pemprov semakin besar dalam upaya ini,” tambahnya.  

Jepa berpeluang menyusul warisan budaya Indonesia lainnya yang telah lebih dulu diakui UNESCO. 

Jika berhasil, pengakuan ini tidak hanya memperkuat identitas kuliner Mandar di kancah internasional, tetapi juga membuka peluang ekonomi dan pariwisata yang lebih luas bagi Sulawesi Barat.(*)

Laporan Reporter Tribun Sulbar Suandi 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved