Wawancara Khusus
Wawancara Khusus Febrianto Wijaya: STY Dipecat Langkah Berani PSSI 4 Laga Jadi Pembuktian Patrick
Febrianto Wijaya mengatakan laga lawan australia, bahrain, Jepang dan China menjadia pembuktian kualitas Patrick Kluivert
Penulis: Andika Firdaus | Editor: Ilham Mulyawan
Ini murni strategi dan mungkin perpisahan STY dengan PSSI itu karena tadinya pola pandangan yang sama sekarang sudah bergeser, mungkin ada perpisahan sedikit yang tidak boleh disatukan.
Host: Pemain diaspora rata-rata pemain naturalisasi yang bermain di klub eropa tim-tim luar.
Artinya kalau melihat dari komentar-komentar dari Exco PSSI bahwasanya ini faktor kepemimpinan juga. Apakah ego dari pemain diaspora ini akhirnya STY didepak ?
Febrianto: Sebenarnya ada kekeliruan Exco PSSI mengucapkan itu. Kita juga melihat backgroundnya STY. Jangan kita mengatakan bahwa squad kita mewah dan harganya selangit, ya memang pasti ada treatment yang berbeda.
Tapi kalau dikatakan bahwa STY tidak mampu untuk melaksanakan itu saya rasa tidak. Mungkin prinsipnya berbeda antara asia dan eropa. Tapi kalau dikatakan squad mewah STY pernah memimpin Korea Selatan.
Kalau dihitung secara market value itu tinggi-tinggi juga, ada Son ada siapa saja yang ada dsitu tapi toh dia mampu mengalahkan German.

Perlu kita ingat bahwa pencapaian kita di PSSI menurut saya, kita masih berjuang dan tidak pernah kita masuk di kualifikasi piala dunia yang ke tiga.
Makanya saya bilang hal ini tidak ada yang menang sesungguhnya mudah-mudahan ini bukan keputusan yang emosional kita percayalah ketum.
Host: Tidak dipungkiri memang muncul pro kontra, di satu sisi suporter berkoar-koar dimana-mana di medsos. Mereka itu mengatakan bahwasanya STY ini sudah membangun tim ini selama 5 tahun, dikontrak sejak 2019 sebelum Erick Tohir masuk sebagai pemimpin PSSI.
Febrianto: Jadi pondasi pembangunan tim ini dibangun dari hal-hal yang sepele, sebenarnya mulai dari pola makan, bahkan pemain diajari cara memakai sepatu dengan benar, kemudian juga sampai tactical basic menendang bolapun diajarkan disitu. Hingga kemudian program diaspora ini mulai digalakkan dibelakangan terakhir.
Kemudian juga kemarin ada statemen dari salah satu exco, bahwasanya faktor digantinya STY ini adalah karena pola mindset sepak bola Eropa yang dianut oleh pemain diaspora, ketimbang STY itu mindset bola Asia.
Sementara Erik Tohir pernah mengelola tim sebesar Inter Milan yang notabene merupakan tim Eropa.
Jadi mindset sepakbola Eropa ini katanya mau lebih digalakkan lagi ditimnas sehingga ditunjuklah pelatih patrick Kluivert.
Zaman STY ini anak-anak saya juga banyak dipanggil dari akademi PSM antara lain Sultan Zaky, Zaky Ashraf, Ananda Rehan,lalu Mufli Hidayat, Riki Pratama, ada mungkin banyaklah anak-anak kita menjadi bagian dari squadnya ketika anak tersebut.
Ketika anak tersebut kembali ke saya dan berbincang perubahan mindset itu ada jadi keberhasilan STY bukan hanya secara prestasi tapi secara mindset. Dia bisa mengajari anak ini bahwa dia betul-betul pesepak bola sejati itu sangat susah.
Lalu yang kedua seperti yang disebutkan tadi yaitu tactical diajarkan betul ini bagaimana cara skill, tehnik, dan perlu kita sadari juga bahwa kualitas liga kita ini masih sementara berkembang belum boleh di konver liga J league atau Korea league secara umumnya.
WANSUS: BPOM Mamuju Ungkap Pentingnya Cek Klik untuk Pangan Aman & Hindari Kosmetik Bahan Berbahaya |
![]() |
---|
Wansus Sutinah Suhardi: Tantangan Penanganan Gempa Saat Covid Hingga Rela Pindah Demi Kota Mamuju |
![]() |
---|
Wawancara Khusus Zulfikar Suhardi: Sulbar Kaya Spot Wisata Menarik, Butuh Pengelolaan Lebih baik |
![]() |
---|
Wawancara Khusus Arsal Aras: Dengar dan Catat Aspirasi Warga Hingga Wujudkan Mateng Kota Agropolitan |
![]() |
---|
Fokus Program Masyarakat, SDK Akan Pangkas Anggaran Rapat Hotel Jika Resmi Jadi Gubernur Sulbar |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.