Kemiskinan Sulbar

Kemiskinan Ekstrem di Sulbar Tertinggi Nasional 2024, BPS Ungkap Penyebabnya

Susenas bertujuan untuk mengumpulkan data terkait kondisi sosial ekonomi masyarakat, termasuk aspek pendidikan, kesehatan, dan perumahan.

Penulis: Suandi | Editor: Nurhadi Hasbi
Tribun Sulbar / Suandi
Kepala BPS Sulbar, Tina Wahyufitri saat ditemui di kantornya, kantor BPS Sulbar, Jl Martadinata, Simboro, Mamuju pada Senin (1/7/2024). 

TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Barat, Tina Wahyufitri, mengungkapkan situasi kemiskinan ekstrem di Sulawesi Barat yang mencatatkan peningkatan tertinggi di Indonesia.

Dalam penjelasannya, Tina mengatakan, BPS telah melakukan pendataan melalui Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan dua kali dalam setahun.

Susenas bertujuan untuk mengumpulkan data terkait kondisi sosial ekonomi masyarakat, termasuk aspek pendidikan, kesehatan, dan perumahan.

Baca juga: Respon Pj Gubernur Angka Kemiskinan Sulbar Disebut Terbesar, Bahtiar Akan Perkuat Kedaulatan Pangan

Tina menekankan, hasil dari survei ini menjadi dasar bagi BPS untuk menghitung angka kemiskinan yang kemudian disampaikan kepada pemerintah.

"Angka kemiskinan adalah indikator penting untuk melihat efektivitas upaya pengentasan kemiskinan di suatu wilayah, sementara angka kemiskinan ekstrem menjadi prioritas nasional," ujar Tina dalam keterangan tertulisnya kepada Tribun-Sulbar.com, Kamis (29/8/2024).

Berdasarkan hasil Susenas Maret 2024, tingkat kemiskinan di Sulawesi Barat tercatat sebesar 11,21 persen, menurun sebesar 0,28 persen dibandingkan dengan Maret 2023.

Namun, meskipun terjadi penurunan angka kemiskinan, BPS mencatat adanya peningkatan pada tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan di daerah tersebut.

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) naik 0,05 poin, sementara Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) meningkat 0,03 poin dibandingkan dengan Maret 2023.

Tantangan utama bagi pemerintah daerah dalam menurunkan kedua indeks ini adalah mayoritas kepala rumah tangga miskin hanya tamat Sekolah Dasar (SD), sebesar 46,17 persen, dan 22,73 persen dari mereka tidak dapat membaca dan menulis.

Tina juga menyoroti angka kemiskinan ekstrem yang mengalami perubahan signifikan.

Berdasarkan data BPS tahun 2023, tingkat kemiskinan ekstrem di Sulawesi Barat menurun dari 2,94 persen pada tahun 2022 menjadi 0,75 persen pada tahun 2023.

Namun, pada tahun 2024, angka ini kembali meningkat sebesar 0,71 persen menjadi 1,46 persen, yang menjadi peningkatan tertinggi di Indonesia.

Lebih lanjut, Tina mengungkapkan peningkatan kemiskinan ekstrem di Sulawesi Barat ini disebabkan oleh penurunan pengeluaran pada penduduk berpenghasilan rendah, terutama mereka yang termasuk dalam kategori miskin ekstrem.

Ia juga menambahkan, perubahan Bantuan Sosial menjadi tunai dan penghapusan aturan penggunaan dana desa minimal untuk penanggulangan kemiskinan ekstrem diduga kuat berkontribusi terhadap peningkatan ini.

Tantangan besar bagi pemerintah daerah adalah bagaimana menanggulangi masalah ini dan menurunkan angka kemiskinan ekstrem di wilayah Sulawesi Barat.(*)

Laporan Reporter Tribun Sulbar Suandi

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved