Atlet Sulbar Terlantar

CERITA Wasit Nasional Perwakilan Sulbar di O2SN, Sedih Liat Atlet Pencak Silat Wakil Sulbar

Sebagai wasit juri yang ditunjuk, Kahar mengaku tidak dapat berbuat banyak karena harus bersikap netral.

|
Penulis: Suandi | Editor: Munawwarah Ahmad
Tangkap layar
Atlet pencak silat kontingen O2SN Sulbar, Lestari (jaket merah) saat sebelum bertanding pada Selasa (13/8/2024). 

TRIBUN-SULBAR.COM, MAMUJU - Wasit Nasional Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) perwakilan Sulawesi Barat, Kahar Ahmad, mengungkapkan keprihatinannya terhadap seorang atlet pencak silat dari SMK asal Sulbar yang nyaris gagal bertanding pada ajang O2SN yang berlangsung di Jakarta, Selasa (13/8/2024).

Kahar mengaku merasa sangat sedih dan prihatin melihat atlet pencak silat tersebut terpaksa harus berjuang sendiri tanpa pendamping atau pelatih di sisinya.

"Sungguh menyedihkan karena tidak ada pendamping atau pelatih, mereka benar-benar masuk arena sendirian," ujar Kahar saat dihubungi pada Rabu (14/8/2024).

Baca juga: Atlet Pencak Silat Sulbar Nyaris Gagal Bertanding di O2SN, Terpaksa Pinjam Pelatih

Baca juga: Kadis Pendidikan Sulbar Curhat Ada Orang Mau Ganti Posisinya Saat Viral Atlet O2SN Tanpa Seragam

Sebagai wasit juri yang ditunjuk, Kahar mengaku tidak dapat berbuat banyak karena harus bersikap netral.

Ia hanya bisa menegur official yang seharusnya mendampingi atlet.

"Saya hanya bisa bertanya, 'Tolong pendampingnya di mana?'” katanya.

Terkait masalah sabuk yang wajib digunakan oleh peserta, Kahar menekankan bahwa jika tidak memiliki sabuk, atlet akan diminta untuk mundur dari pertandingan.

"Saya terpaksa memerintahkan agar mencari sabuk terlebih dahulu. Untungnya, ada pelatih dari luar yang meminjamkan sabuk untuk membantu atlet kita yang berlaga," jelas Kahar.

Sebelumnya, Lestari, atlet pencak silat perwakilan Sulbar, hampir tidak bisa bertanding karena tidak memiliki pendamping.

Hal ini hampir membuatnya terdiskualifikasi dari ajang O2SN yang berlangsung pada 11-17 Agustus 2024. O2SN mensyaratkan setiap peserta harus didampingi oleh pelatih berlisensi, namun Lestari terpaksa meminjam pelatih dari kontingen Yogyakarta dan Sumatera Utara untuk bisa bertanding.

Lestari bercerita bahwa pelatih dari Yogyakarta menawarkan diri untuk mendampinginya setelah melihat kebingungannya ketika panitia menanyakan keberadaan pelatihnya. Selain itu, kontingen Sulbar juga tidak membawa sabuk, sehingga Lestari harus meminjam sabuk dari atlet lain.

Meski menghadapi berbagai kendala, Lestari akhirnya berhasil bertanding dan bahkan memenangkan pertandingan melawan perwakilan Gorontalo.

"Alhamdulillah, saya lolos setelah melawan Gorontalo," ujar Lestari dengan rasa syukur.

Masalah ketidakhadiran pelatih ini memicu kontroversi. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sulbar, Mithar Thala Ali, membantah adanya kekurangan pendamping.

Ia menegaskan bahwa semua pendamping dan pelatih sudah lengkap, termasuk untuk cabang pencak silat.

"Terkait klaim bahwa pelatih silat tidak ada atau kurang, itu tidak betul," jelas Mithar dalam klarifikasinya kepada Komisi IV DPRD Sulbar.

Namun, Farid, seorang pelatih pencak silat dari Sulbar, menyayangkan kejadian ini. Menurutnya, hal ini menunjukkan kurangnya keseriusan pemerintah dalam mendukung prestasi siswa di bidang olahraga.

Farid menambahkan bahwa ia seharusnya ikut mendampingi atlet dari Sulbar, namun batal karena terkendala biaya.

"Kemarin saya tidak jadi berangkat karena kendala biaya. Meski ada anggaran dari Diknas, itu baru bisa digunakan setelah acara selesai. Saya tidak punya dana pribadi untuk menanggung biaya di awal," ungkap Farid.

Kejadian ini menyoroti masalah serius dalam pengelolaan kontingen olahraga dari Sulbar, yang seharusnya menjadi perhatian serius bagi pihak terkait.(*)

Laporan Reporter Tribun Sulbar Suandi

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved