OPINI

Makna Tiga Hari Raya Keagamaan, Cerminan Semangat Toleransi dan Keberagaman

Apa substansi dari setiap perayaan tersebut? Kita perlu mengetahui dan memahami makna dari setiap hari raya agar esensi atasnya terpahami.

Editor: Ilham Mulyawan
Anton Ranteallo for Tribun Sulbar
Anton Ranteallo, SS, M.Pd Penyuluh Madya Kankemenag Mamuju dan Sekretaris FKUB Kab. Mamuju 

Oleh:
Anton Ranteallo, SS, M.Pd
Penyuluh Madya Kankemenag Mamuju dan Sekretaris FKUB Kab. Mamuju

TRIBUN-SULBAR.COM - Maret tahun ini menjadi bulan penuh berkat karena ada tiga hari raya besar keagamaan yang dijalani dan dirayakan.

Pertama, Nyepi bagi umat Hindu. Kedua, Paskah bagi umat Katolik. Ketiga, bulan Ramadhan bagi umat Islam yang berpuncak pada Idul Fitri.

Tiga perayaan agama besar ini menyatu dalam bulan yang sama, dimana hari raya besar keagamaan akan selalu terulang setiap tahun.

Apa substansi dari setiap perayaan tersebut? Kita perlu mengetahui dan memahami makna dari setiap hari raya agar esensi atasnya terpahami.

Hari Raya Nyepi adalah hari raya besar bagi umat Hindu yang juga dikenal sebagai Tahun Baru Saka. Makna yang terkandung dalam perayaan ini. Pertama, sebagai hari penyucian. Nyepi dimulai dengan ritual Melasti, di mana umat Hindu membersihkan diri mereka secara fisik dan spiritual di pantai atau sungai.

Ini merupakan simbol penyucian diri dari dosa-dosa masa lalu dan persiapan untuk memasuki tahun baru. Kedua, hari penyepian. Umat Hindu menjalankan tradisi "Catur Brata Penyepian" yang meliputi empat larangan utama: amati geni (tidak menyalakan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak berpergian), dan amati lelanguan (tidak bersenang-senang). Ini adalah hari penyepian total di mana orang-orang diharapkan untuk merenung, bermeditasi, dan menjaga keheningan. Tujuan utamanya adalah untuk membersihkan pikiran dan jiwa, serta untuk memberikan kesempatan bagi alam semesta untuk beristirahat.

Makna ketiga dari hari raya Nyepi adalah hari refleksi dan introspeksi. Nyepi juga merupakan waktu bagi umat Hindu untuk merenungkan perbuatan-perbuatan mereka dalam tahun sebelumnya, serta membuat resolusi atau komitmen baru untuk masa depan. Ini adalah waktu untuk memikirkan tujuan hidup dan nilai-nilai spiritual.

Keempat, kesatuan komunitas. Nyepi juga memperkuat kesatuan dalam komunitas Hindu, karena semua orang berpartisipasi dalam tradisi yang sama dan menghormati aturan-aturan yang telah ditetapkan. Jadi dapat dikatakan Hari Raya Nyepi adalah waktu yang sangat penting bagi umat Hindu yang menandai awal tahun baru Saka dengan penekanan pada penyucian, penyepian, refleksi, dan kesatuan spiritual.

Bagaimana dengan agama Katolik? Saat ini umat Katolik sedang menjalai masa Praskah. Masa ini berlangsung selama 40 hari yang diisi dengan puasa dan pantang. Prapaskah adalah momentum bagi umat Katolik untuk mempersiapkan diri menyambut Paskah dengan cara berdoa, pertobatan, serta puasa.

Puasa dalam agama Katolik adalah praktik rohani dengan cara mengurangi makanan sehari. Hasil dari pengurangan ini disatukan dan didonasikan kepada the have not. Makna dan tujuan puasda dalam konteks Katolik.

Pertama, meningkatkan kekuatan rohani. Puasa membantu umat Katolik untuk memperkuat kekuatan rohani dengan menahan diri dari kebutuhan fisik, mengasah kemauan, dan membantu lebih fokus pada aspek-aspek rohani kehidupan mereka. Kedua, menunjukkan ketaatan. Puasa adalah tindakan ketaatan kepada ajaran Gereja Katolik dan tradisi iman. Melalui puasa, umat Katolik menunjukkan ketaatan mereka kepada otoritas gerejawi dan ketaatan mereka kepada ajaran moral dan spiritual.

Makna ketiga dari puasa adalah penghormatan terhadap Yesus.

Puasa sering kali dihubungkan dengan penghormatan kepada penderitaan Yesus Kristus. Dalam tradisi Katolik, puasa dapat menjadi cara untuk bersama-sama mengenang penderitaan dan kematian Yesus, terutama dalam waktu-waktu khusus seperti masa Prapaskah. Keempat, Penitensi dan Pembaharuan Diri. Puasa digunakan sebagai bentuk penitensi atau penyesalan atas dosa-dosa dan kelemahan-kelemahan manusia.

Ini adalah kesempatan bagi umat Katolik untuk bertobat dan memperbaiki hidup mereka, serta untuk membersihkan diri mereka dari dosa-dosa masa lalu. Kelima, Solidaritas dengan Orang Miskin. Dalam beberapa kasus, puasa juga dapat dimaksudkan sebagai bentuk solidaritas dengan mereka yang kurang beruntung. Dengan menahan diri dari makanan atau kebiasaan tertentu, umat Katolik dapat mengalami sedikit dari penderitaan yang dialami oleh mereka yang kurang beruntung, serta merenungkan tanggung jawab mereka untuk membantu orang-orang yang membutuhkan.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

Wajah Baru Pendidikan Indonesia

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved